Suara.com - Perusahaan crypto exchange terkemuka di Indonesia, Indodax, menyatakan bahwa rencana penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), yaitu Fed Funds Rate (FFR), dapat menjadi katalis positif bagi pasar altcoin untuk kembali pulih dan mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pernyataan ini disampaikan oleh CEO Indodax, Oscar Darmawan, di Jakarta pada Senin (9/9/2024).
Oscar Darmawan menekankan bahwa kebijakan moneter The Fed memiliki pengaruh besar terhadap pasar kripto, termasuk altcoin.
"Dengan The Fed yang berencana menurunkan suku bunga mulai bulan September, ini bisa menjadi katalis bagi pasar altcoin untuk pulih dan tumbuh," kata Oscar.
Menurutnya, penurunan suku bunga oleh The Fed dapat mendorong masuknya likuiditas baru ke dalam pasar, yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan permintaan terhadap aset digital seperti altcoin.
Baca Juga: Tren Penurunan Bitcoin di Bulan September: Adakah Harapan Baru Tahun Ini?
Kebijakan penurunan suku bunga dapat mempengaruhi pasar keuangan secara luas dengan menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan arus likuiditas. Hal ini sering kali memicu pergerakan modal ke aset yang lebih berisiko seperti saham dan kripto, termasuk altcoin. Oleh karena itu, keputusan The Fed diharapkan akan membawa sentimen positif bagi pasar kripto.
Pergerakan Harga Ethereum dan Altcoin Lainnya
Saat ini, pasar altcoin, termasuk Ethereum (ETH), sedang mengalami tekanan. Ethereum, yang merupakan altcoin terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, mengalami penurunan harga signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Pada 26 Agustus 2024, harga ETH tercatat di level 2.790 dolar AS, namun kemudian mengalami penurunan hingga menyentuh 2.301 dolar AS pada 9 September 2024. Penurunan ini menempatkan Ethereum pada titik terendahnya terhadap Bitcoin dalam hampir tiga tahun terakhir, menurut data dari CoinMarketCap.
Meskipun begitu, Oscar menilai bahwa penurunan ini mungkin hanya sementara, mengingat sifat pasar kripto yang sangat volatil dan sering mengalami siklus naik-turun. Ia menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti kebijakan moneter global, adopsi teknologi blockchain, dan sentimen investor turut mempengaruhi pergerakan harga altcoin.
Oscar juga menyoroti pentingnya likuiditas global dalam menentukan tren pasar altcoin. Menurut laporan dari Cointelegraph.com, salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pasar altcoin adalah injeksi likuiditas dari Tiongkok yang cenderung meningkat di akhir tahun dan mencapai puncaknya pada Februari. Kebijakan Quantitative Easing (QE), baik di Tiongkok maupun Amerika Serikat, dapat mempengaruhi jumlah likuiditas yang beredar dan, pada akhirnya, memberikan dorongan bagi pasar kripto.
Quantitative Easing (QE) adalah kebijakan moneter non-konvensional yang dilakukan oleh bank sentral dengan tujuan menambah jumlah uang yang beredar di pasar. QE biasanya dilakukan dengan cara membeli aset keuangan dari bank atau institusi keuangan, serta surat berharga milik pemerintah yang berjangka panjang. Tujuannya adalah untuk menurunkan suku bunga jangka panjang, mendorong pinjaman, dan meningkatkan likuiditas pasar. Dengan likuiditas yang lebih tinggi, investor mungkin lebih tertarik untuk memasuki pasar aset berisiko seperti kripto.
Strategi Diversifikasi dalam Investasi Kripto
Lebih lanjut, Oscar Darmawan menekankan pentingnya diversifikasi portofolio investasi dalam kripto. Ia mendorong para pengguna dan investor untuk tidak hanya berfokus pada Bitcoin, tetapi juga mempertimbangkan peluang yang ada di pasar altcoin.
"Dengan diversifikasi yang tepat, pengguna dapat memaksimalkan peluang investasi di tengah dinamika pasar yang terus berubah," ujarnya, dikutip dari Antara.
Oscar menambahkan bahwa pasar kripto terus berkembang dan menawarkan berbagai peluang investasi baru. Selain Ethereum, ada berbagai altcoin lain seperti Solana (SOL), Cardano (ADA), dan Polkadot (DOT) yang juga memiliki potensi pertumbuhan seiring dengan perkembangan ekosistem blockchain mereka.