Suara.com - Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk (BBRI) diprediksi akan mendapat keuntungan dari rencana penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan terjadi tahun ini. Sementara itu, selama 10 hari terakhir, saham BBRI terus diborong oleh investor asing, dengan nilai pembelian bersih di pasar reguler BEI mencapai Rp 2,4 triliun.
Andrey Wijaya, analis dari RHB Sekuritas, memproyeksikan bahwa biaya kredit atau cost of credit (CoC) BRI akan semakin mendekati angka 3%.
Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan laba BRI ke depannya. "Laba BRI di bulan Juli mengalami penurunan sebesar 50% month-on-month (mom), namun laba sepanjang Januari hingga Juli 2024 masih berada dalam perkiraan," tulis Andrey dalam laporannya.
Pada Juli, BRI melaporkan laba turun sebesar 50% mom menjadi Rp 3,2 triliun, terutama karena peningkatan besar pada pengeluaran lain-lain. Namun, secara kumulatif, laba BRI dari Januari hingga Juli 2024 naik sebesar 1,8% year-on-year (yoy) menjadi Rp 31,4 triliun.
Baca Juga: BRI dan Serikat Pekerja Sepakati PKB 2024-2026, Apa Isinya?
“Hasil ini mencakup sekitar 51% dan 52% dari proyeksi RHB dan konsensus untuk tahun ini, jadi masih sesuai harapan,” jelas Andrey.
Secara bulanan, kredit BRI mengalami penurunan sebesar 0,3% pada Juli, dikarenakan strategi perusahaan yang lebih selektif dalam menyalurkan kredit untuk menjaga dan meningkatkan kualitas aset. Namun, secara tahunan, pertumbuhan kredit BRI sebesar 8,6% tetap sesuai ekspektasi. CoC BRI sepanjang Januari hingga Juli 2024 stabil di kisaran 3,41%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 3,35% pada semester pertama 2024.
Penurunan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BRI pada Januari-Juli 2024 diperkirakan terjadi karena kenaikan biaya dana (cost of fund/CoF) serta perubahan komposisi portofolio kredit. Selama periode tersebut, NIM BRI menurun menjadi 6,44%, yang diduga disebabkan oleh peningkatan CoF setelah BI menaikkan suku bunga pada April.
"Kami melihat adanya peningkatan kontribusi dari kredit korporasi, yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan kredit mikro. Hal ini turut memengaruhi penurunan NIM, mengingat kredit korporasi umumnya memiliki yield lebih rendah dibandingkan kredit mikro," kata Andrey.
CIR atau rasio biaya terhadap pendapatan BRI pada Januari hingga Juli 2024 naik menjadi 34,43%, dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran lain-lain sebesar 83% mom menjadi Rp 3,2 triliun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh biaya provisi untuk aset non-produktif dari kredit non-tunai. Meski begitu, diharapkan kondisi ini akan kembali normal dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: KUR di Sulawesi Tenggara Makin Meroket, BRI Jadi Juaranya
Selain itu, BRI terus memperkuat dominasi di segmen mikro dengan meningkatkan jumlah agen BRILink menjadi 1 juta agen pada Juli 2024, dari 741.000 agen pada Desember 2023. Peningkatan jumlah agen ini merupakan langkah penting BRI dalam memperluas akses layanan keuangan di daerah terpencil, serta meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
Melihat berbagai aspek tersebut, RHB Sekuritas tetap memberikan rekomendasi untuk membeli saham BBRI, dengan target harga sebesar Rp 5.900 per lembar saham. Potensi dividen yang dapat diperoleh mencapai 6%.