Suara.com - Terapi stem cell atau sel punca merupakan pengobatan kesehatan di masa depan. Berbagai penelitian menunjukkan terapi ini diyakini bermanfaat besar bagi kesehatan.
Meski demikian, perlu berhati-hati dengan maraknya peredaran produk stem cell dari luar negeri. Pasalnya, belum teruji kualitas dan keamanannya dibandingkan produksi dalam negeri.
Direktur Regenic Stem Cell, dr Sandy Qlintang M.Biomed menjelaskan, stem cell yang aman dan berkualitas diproduksi oleh industri obat atau industri sejenis, karena stem cell merupakan bagian dari produk obat biologi.
Kemudian, industri tersebut harus memiliki sertifikasi CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kedua hal ini penting untuk memastikan keamanan dan keefektifan atau perbaikan yang diharapkan dalam terapi stem cell.
Baca Juga: Kimia Farma Rambah Bisnis Sel Punca, Apa Itu?
“Sebab, stem cell bekerja di dalam tubuh melalui bahan-bahan aktif yang dikeluarkannya, yakni secretome dan exosome, dengan tiga fungsi utamanya, yaitu sebagai antiperadangan, menyeimbangkan sistem imun, dan meregenerasi sel-sel tubuh di dalam tubuh,” kata dr Sandy dalam keterangan tertulisnya ditulis Senin (2/9/2024).
Menurut dr Sandy, di pasaran saat ini beredar stem cell yang berasal dari luar negeri, diduga dari Jepang, yang berwarna merah dan belum teruji kualitas dan keamanannya. Masyarakat seringkali menyukai produk dari luar negeri. Padahal, produk luar tidak menjamin bahwa itu aman digunakan.
“Produk tersebut diduga berasal dari perusahaan yang belum memiliki sertifikasi dari badan kesehatan terkait. Bisa juga berasal dari perusahaan abal-abal. Dan ini berbahaya, karena bisa menimbulkan alergi,” katanya.
Terapi stem cell sendiri, adalah terapi yang diberikan dengan sel hidup, seharusnya diberikan melalui infus ke dalam tubuh kita supaya sel itu tetap hidup dan bisa bekerja. Sedangkan produk yang diklaim stem cell tetapi masuk ke dalam tubuh dengan cara diminum, baik berbentuk kapsul, tablet, atau bubuk, dapat dipastikan bukan stem cell.
“Untuk mengantisipasinya, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai regulasi. Salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2024 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan,” kata dr Sandy.
Baca Juga: Kris Dayanti Rutin Lakukan Stem Cell ke Jerman, Berapa Biaya yang Dihabiskan?
Dengan aturan itu, lanjutnya, pemerintah berharap stem cell produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Selain lebih murah, juga lebih terjamin kualitas dan keamanannya. Salah satu perusahaan yang memiliki fasilitas produksi stem cell di Indonesia adalah Regenic Stem Cell, anak perusahaan Kalbe Farma.
Dengan adanya fasilitas produksi stem cell di dalam negeri, diharapkan Indonesia menjadi tujuan wisata medis. Selain hemat biaya, Indonesia bisa mendapatkan devisa atau pemasukan dari wisatawan luar negeri yang melakukan terapi stem cell.
“Apalagi dalam regulasi, negara lain tidak boleh menjual produk stem cell-nya langsung ke konsumen di Indonesia, tetapi harus melakukan investasi dengan membangun fasilitas produksi stem cell di dalam negeri,” jelasnya.
Dr Sandy mengakui, peredaran produk stem cell dari luar negeri belum terlalu banyak, masih di bawah 10 persen. Namun nilainya sangat fantastis, biaya satu terapi mencapai Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar.
“Jumlahnya belum terlalu banyak, di bawah 10 persen, namun harganya mahal sekali, paling murah Rp 800 juta sampai Rp 1 miliar,” katanya.
CEO Etnaprana Wellness Klinik, Agnes Lourda Hutagalung, menambahkan bahwa dalam memilih produk kesehatan dan klinik Kesehatan perlu berhati-hati dengan melihat rekam jejak dan siapa yang terlibat di dalamnya.
“Bagaimana prosesnya dan siapa yang memproduksi. Jangan hanya karena murah, masyarakat tergiur untuk menggunakannya. Risikonya besar bagi kesehatan,” tegas Lourda.
Lourda menambahkan, saat ini Etnaprana Wellness Clinic merupakan klinik yang menyediakan pelayanan pre-stemcell dan stemcell dengan standar pelayanan terbaik di Indonesia dengan didukung dokter-dokter paling senior untuk berbagai pengobatan; penyakit dalam (jantung, gula, dll), ortho, rehab medik.
Diantaranya, Prof DR. Hafil Abdulgani, pelopor bedah jantung, Dr. Adji Suprayitno AR, Internist DTM yang juga merupakan dokter penyakit dalam paling senior di Indonesia. Kemudian DR. Pradewi Sudarman, SpKFR pelopor rehab medik. Prof DR Andri Lubis profesor ortho ternama. Prof DR. Sudigdo Adi profesor kulit dan anti-ageing yang sudah sangat senior.
“Kesemuanya merupakan ‘begawan’ guru praktisi kedokteran untuk mengawasi semua pelaksanaan pre-stemcell dan stemcell. Semuanya telah melalui seleksi ketat dan kemudian harus mengikuti pendidikan stemcell berkelanjutan di sister pendidikan Etnaprana Wellness Clinic,” tambahnya.
Sebagai klinik terbaik di Jakarta, Etnaprana Wellness Klinik telah menerapkan SOP mengoptimalkan pengobatan untuk; pre-conditioning wellbeing, healing secara non-medis untuk membantu optimalisasi upaya wellness medis yang dilakukan dengan berbagai pendekatan alamiah terhadap body, mind & spirit manusia : aromatherapy, massage therapy, hydro therapy, thermal therapy.
“Kesemuanya dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan terbaik bersertifikat klinis dan dilakukan oleh terapis terdidik oleh lembaga pendidikan terakreditasi dan telah bersertifikat BNSP melalui LSP Tirta Nirwana Indonesia,” tambahnya.
Selain itu, semua Lokasi Etnaprana Wellness Clinic didisain dengan mengutamakan kenyamanan, privasi dan terhubung dengan rumah sakit terpercaya.
Dengan penerapan ke-Indonesia-an produk wellness andalan Indonesia, yang sudah mempunyai rekam jejak puluhan tahun dalam hal product excellence, operation excellence dan services excellence. Saat ini, ada 4 lokasi Lokasi Etnaprana Wellness Clinic yang mudah di akses; Setiabudi, PIK2, Wolter Monginsidi dan Cikatomas Senopati.
Selain itu, lanjut Lourda, pihaknya terus mengembangkan berbagai paket wisata medis, yang mencakup perawatan pre-conditioning (spa wellness treatment), stem cell, perjalanan wisata, serta akomodasi premium sekaligus menikmati pengalaman wisata di berbagai destinasi di Indonesia, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo).
Kerja sama ini juga merupakan bagian dari komitmen kedua perusahaan untuk mendukung industri pariwisata dan kesehatan di Indonesia, dengan meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan berkualitas tinggi bagi masyarakat.
“Melalui kerja sama ini, pihaknya berharap dapat menjangkau lebih banyak pasien, baik dari dalam maupun luar negeri, yang membutuhkan terapi stem cell sebagai bagian dari perjalanan kesehatan mereka,” jelasnya.