Transformasi Industri Pupuk Menuju Green Urea: Tantangan dan Peluang di Era Energi Bersih

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 21 Agustus 2024 | 12:51 WIB
Transformasi Industri Pupuk Menuju Green Urea: Tantangan dan Peluang di Era Energi Bersih
Ilustrasi Pabrik Pupuk.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guru Besar FEB UGM, Wihana Kirana Jaya, menyatakan bahwa industri pupuk perlu bertransformasi menjadi industri hijau dengan memproduksi green urea. Ini sesuai dengan komitmen global untuk beralih ke energi bersih, sebagaimana tercantum dalam NDC (Nationally Determined Contributions) yang telah disepakati oleh masing-masing negara.

"Industri pupuk di Indonesia, dengan BUMN PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai pemimpin pasar, seharusnya sudah menyusun strategi dan rencana transformasi menuju industri green urea. Namun, proses ini tidaklah mudah," kata Wihana ditulis Rabu (21/8/2024).

Ia menguraikan langkah-langkah untuk mempercepat transformasi tersebut. Pertama, untuk mencapai keberlanjutan penuh, diperlukan bahan baku green hydrogen yang memerlukan teknologi mahal dan investasi besar, terutama untuk reaktor elektrolisis dan peralatan untuk menangkap dan menyimpan CO2.

Kedua, beberapa pabrik pupuk urea/amonia di Indonesia, termasuk milik Pupuk Indonesia, masih memiliki umur teknis yang panjang. Penutupan lebih awal dapat mengakibatkan kerugian investasi.

Misalnya, Pupuk Kaltim, anak perusahaan Pupuk Indonesia, memiliki lima unit pabrik urea besar dan akan membangun pabrik baru di Fakfak, Papua Barat, yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pabrik ini direncanakan untuk memproduksi 1,15 juta ton urea dan 825 ribu ton amonia per tahun untuk mendukung pertanian modern di Papua serta memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.

Pabrik Unit 1 dan 2 yang beroperasi sejak 1984 mungkin sudah tidak ekonomis lagi dan perlu diganti dengan pabrik baru yang memproduksi green urea. Pabrik Unit 3 dan 4 juga akan digantikan pada tahap berikutnya.

Sementara itu, Pabrik 5 yang masih relatif baru (beroperasi sejak 2015) akan dilengkapi dengan peralatan CCS (carbon capture and storage) untuk produksi urea rendah karbon.

Wihana menekankan pentingnya transisi industri pupuk untuk mendukung energi bersih dan mitigasi perubahan iklim, mengingat CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca yang harus dibatasi. Namun, industri pupuk nitrogen memerlukan CO2 sebagai bahan baku.

Baca Juga: Pupuk Indonesia ke 202 Distibutor: Optimalkan Penyerapan Pupuk Bersubsidi

Perubahan iklim menyebabkan pasar pupuk nitrogen/urea global berada pada dua arah berlawanan. Di satu sisi, risiko ketidakamanan pangan dan situasi geopolitik mendorong permintaan global akan (grey) urea.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI