Gempa Megathrust Terbesar Dunia Modern Terjadi Era Soekarno, Ini Sejarahnya

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 13 Agustus 2024 | 17:00 WIB
Gempa Megathrust Terbesar Dunia Modern Terjadi Era Soekarno, Ini Sejarahnya
Ilustrasi gempa (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pekan lalu, gempa berkekuatan 7,1 magnitudo memicu ancaman tsunami terjadi di Jepang. Gempa ini terjadi pada pukul 14.42 dan diketahui berasal dari Megathrust Nankai, yang dikenal mampu memicu gempa besar.

Sehubungan dengan hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat tentang potensi gempa megathrust di Indonesia. Ada dua megathrust yang telah lama tidak melepaskan energinya, yang membuat situasi ini patut diwaspadai.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyebutkan bahwa ada dua megathrust di Indonesia yang serupa Nankai, yaitu zona sumber gempa potensial yang sudah lama tidak melepaskan energinya selama puluhan atau bahkan ratusan tahun, yang disebut sebagai seismic gap.

Di Indonesia, seismic gap ini terdapat di Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9).

Baca Juga: Geliat Cincin Api Pasifik, Ini 5 Gempa Bumi Dahsyat yang Pernah Guncang Jepang

Daryono menyatakan bahwa "Pelepasan gempa di kedua segmen megathrust ini hanya masalah waktu, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum mengalami gempa besar." Sudah lebih dari dua abad sejak gempa besar terakhir terjadi di kedua megathrust tersebut.

Sejarah Gempa Megathrust

Sejarah mencatat gempa paling besar yang pernah terjadi adalah gempa Valdivia, Chili pada 1960 dengan kekuatan SR 9,5-9,6. Di Indonesia, gempa dengan guncangan paling besar terjadi saat Tsunami Aceh 2004 dengan kekuatan SR 9.3. 

Melansir informasi dari National Geophysical Data Center Chile, Gempa Valdivia Chili. Pada tanggal 22 Mei 1960, gempa bumi terbesar yang pernah tercatat secara instrumental, terjadi di lepas pantai Chili bagian selatan. Gempa bumi ini menghasilkan tsunami yang merusak tidak hanya di sepanjang pantai Chili, tetapi juga melintasi Pasifik di Hawaii, Jepang, dan Filipina.

Gempa bumi didahului oleh empat gempa lainnya, termasuk SR 8,2 pada 21 Mei yang menyebabkan kerusakan parah di daerah Concepción dan menyebabkan tsunami kecil. Banyak gempa susulan setelahnya. Lima gempa susulan terbesar berkekuatan SR 7,0 berlangsung hingga 1 November 1960.

Baca Juga: Terungkap Video Gempa Jepang 7,1 SR, Orang-orang Mencari Perlindungan

Zona pecah diperkirakan mencapai sekitar 1.000 km dari Lebu ke Puerto Aysen. Jumlah korban jiwa di Chili yang terkait dengan gempa bumi dan tsunami diperkirakan antara 490 dan 5.700 orang.

Pemerintah Chili memperkirakan 2 juta orang yang selamat kehilangan tempat tinggal dengan kerugian mencapai USD 550 juta (sekitar Rp8 triliun). Tidak sampai di situ, dampak gempa Chili juga meluas hingga ke wilayah Hawaii dan Jepang di Asia.

Di Indonesia, arsip di Museum Tsunami Aceh menyebutkan pada tanggal 26 Desember 2004 silam, sekira pukul 07.58 WIB, terjadi sebuah gempa dahsyat yang melanda Aceh.

Gempa berkekuatan 9.3 skala richter (SR) ini menyebabkan serangkaian tsunami dahsyat di sepanjang daratan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Aceh merupakan daerah yang terkena dampak paling parah selain Sri Lanka, Thailand, dan India.

Banyak korban jiwa dalam bencana ini, bahkan sampai menyentuh pada angka 170.000 jiwa. Oleh karena itu, Museum Tsunami Aceh dibuat untuk mengenang korban dari tsunami Aceh tersebut, sekaligus tempat edukasi dan pusat evakuasi ketika bencana. 

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI