Suara.com - Kelompok Hizbullah Lebanon, yang didukung oleh Iran, meluncurkan serangan dengan menggunakan drone bermuatan peledak ke sebuah pangkalan militer di Israel utara. Serangan ini dilakukan setelah seorang komandan Hamas di Lebanon selatan tewas sehari sebelumnya.
Menurut laporan, pejuang Hizbullah meluncurkan "skuadron drone bermuatan peledak" di pangkalan Michve Alon yang terletak dekat kota Safed di Galilea, pada Sabtu (10/8). Hizbullah menyatakan bahwa serangan ini merupakan respons terhadap tindakan Israel yang menargetkan dan membunuh seorang komandan di kota Sidon.
Serangan sebelumnya oleh Israel pada hari Jumat di Sidon, Lebanon selatan, mengakibatkan tewasnya seorang komandan Hamas, menurut keterangan dari kelompok militan Palestina dan militer Israel. Komandan yang tewas tersebut, Samer al-Hajj, merupakan anggota Hamas yang dibunuh dalam serangan di Sidon.
Hizbullah sendiri dikenal sebagai organisasi yang didukung oleh Iran, baik dalam bentuk keuangan maupun logistik. Selain itu, beberapa laporan menyebutkan bahwa mereka mendapatkan dana dari berbagai bisnis yang tersebar di beberapa negara.
Tuduhan dari peneliti AS juga mengaitkan Hizbullah dengan perdagangan narkoba di Amerika, Eropa, hingga Asia, meskipun klaim ini telah dibantah oleh Hizbullah dan belum ada bukti konkret yang mendukungnya.
Dari sisi persenjataan, Hizbullah diduga menerima dukungan dari Iran, termasuk pasokan rudal yang ditempatkan di Lebanon selatan, meski Iran telah membantah klaim ini.
Selain Iran, Suriah, Irak, dan Qatar juga pernah disebut-sebut sebagai pihak yang mendukung pendanaan Hizbullah, meskipun Qatar telah menjatuhkan sanksi terhadap jaringan keuangan organisasi tersebut.
Sedangkan merujuk pada data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), satu-satunya negara yang tercatat pernah memasok senjata untuk Hizbullah selama periode 2010-2022 adalah Suriah.
SIPRI mencatat bahwa pada tahun 2010 terdapat satu kontrak pengiriman senjata dari Suriah ke Hizbullah, berupa rudal balistik jenis Fateh-110. Selain itu, tidak ada kontrak senjata spesifik lainnya untuk Hizbullah yang datanya tersedia untuk publik.
Baca Juga: Kamala Harris Kutuk Serangan Israel ke Sekolah di Gaza: Terlalu Banyak Warga Sipil Terbunuh Lagi
SIPRI juga menemukan bahwa terdapat 50 kontrak pengiriman senjata ke Lebanon selama periode 2010-2022, dengan negara asal pengirim senjata yang bervariasi, termasuk Amerika Serikat (AS), Prancis, Italia, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Brasil, Belgia, dan Kanada.
Amerika Serikat menjadi pengirim terbanyak dalam kontrak-kontrak tersebut. Selama periode tersebut, berbagai jenis perlengkapan perang asal AS masuk ke Lebanon, seperti mortir, meriam, rudal anti-tank, kendaraan lapis baja, dan helikopter. Namun, penerima senjata tersebut tidak tercatat secara rinci.