Suara.com - Airlangga Hartarto resmi mengundurkan diri dari posisi ketua umum Partai Golongan Karya (Golkar) pada Sabtu (10/8/2024) malam. Pernyataan resmi pengunduran diri ia sampaikan dalam video pendek yang diunggah di akun pribadinya sehari setelahnya.
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, serta atas petunjuk Tuhan Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai ketua umum DPP Partai Golkar,” ujar Airlangga dalam video yang diunggah dalam akun @airlanggahartarto_official pada Minggu (11/8/2024).
Pria yang sekarang menjabat Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian sejak 2019 ini memiliki pengalaman panjang di dunia bisnis dan perpolitikan Indonesia. Lantas, berapa harta kekayaan Airlangga Hartarto?
Jika dilihat dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) milik Airlangga, terdapat kenaikan jumlah harta yang signifikan ketika ia menjabat sebagai Menko Perekonomian dibanding saat ia menjabat menjadi Menteri Perindustrian (Menperin) di periode pertama Joko Widodo (2016-2019).
Baca Juga: Bakso IKN Penuh Keakraban: Jokowi, Prabowo dan Airlangga Duduk Berdekatan
Secara berkala, jumlah kekayaan Airlangga saat menjadi Menperin ialah Rp78.030.592.966 per 30 Desember 2016, Rp83.503.926.835 per 31 Desember 2017, dan Rp81.550.046.868 per 31 Desember 2018.
Kemudian setelah diangkat jadi Menko Perekonomian di periode kedua Joko Widodo pada 23 Oktober 2019, jumlah kekayaannya melejit naik hingga ratusan miliar.
Total hartanya yang tercatat menjadi Rp254.040.349.579 per 31 Desember 2019, Rp260.611.928.764 per 31 Desember 2020, dan Rp425.600.875.203 per 31 Desember 2021.
Adapun jumlah harta yang terakhir ia laporkan mencapai Rp454.390.229.404 per 31 Desember 2022, dengan rincian sebagai berikut:
- Tanah dan bangunan sebesar Rp113.977.496.224
- Alat transportasi dan mesin sebesar Rp2.489.000.000
- Harta bergerak lainnya sebesar Rp573.500.000
- Surat berharga sebesar Rp56.245.288.666
- Kas dan setara kas sebesar Rp335.086.703.413
Dalam laporan kekayaan, tercatat bahwa ia memiliki delapan aset tanah dan bangunan yang tersebar di Jakarta Selatan, Bogor, Gianyar (Bali), Manado (Sulawesi Utara), hingga di negara Australia. Masing-masing aset properti tersebut mempunyai luas berkisar 200 hingga 40.455 meter persegi.
Baca Juga: Kata Surya Paloh Soal Mundurnya Airlangga Dari Kursi Ketum Golkar
Kemudian untuk deretan mobil yang Airlangga miliki sebagai alat transportasi yakni Jaguar (2010), Toyota Vellfire (2017), Toyota Land Cruiser 200 HDTP (2014), serta Toyota Kijang Innova (2015), dan Toyota Kijang Innova (2016).
Menengok ke sisi bisnis, Airlangga diketahui memiliki hubungan erat dengan berbagai perusahaan pertambangan di Indonesia.
Melansir dari laman Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), jejak Airlangga dalam sektor pertambangan dapat ditemui melalui PT Asia Sahabat Indonesia di mana ia jadi pemegang saham mayoritas sebesar 99 persen.
PT Asia Sahabat Indonesia memiliki dua izin tambang untuk komoditas zirkon, dengan total luas konsesi mencapai 10.000 hektar yang masing-masing beroperasi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Kedua anaknya juga tercatat sebagai pimpinan perusahaan ini yaitu Dinesvara Airlangga sebagai Komisaris dan Ravindra Airlangga sebagai Direktur.
Perusahaan lain yang dimiliki Airlangga adalah PT Graha Equity Investment, perusahaan tambang zirkon yang memiliki konsesi seluas 1.433 hektar di Kabupaten Kapuas.
Saham perusahaan ini dimiliki oleh PT Graha Curah Niaga sebesar 82,5 persen dan PT Asia Sahabat Indonesia sebesar 17,5 persen.
Bisnis tambang keluarga Airlangga turut terafiliasi dengan PT Bara Hanyu Kapuas, sebuah perusahaan tambang batu bara. Saham perusahaan ini dimiliki oleh PT Graha Curah Niaga sebesar 40 persen, PT Jakarta Prima Cranes sebesar 40 persen, dan PT Garama Adipratama sebesar 20 persen.
Tak hanya itu, perusahaan tambang batu bara lain yang terhubung ke keluarga Airlangga adalah PT Kapuas Bara Utama. Perusahaan dengan konsesi seluas 5.000 hektare ini dimiliki oleh PT Tunas Sakti Persada dengan saham sebesar 40 persen, PT Megah Cahaya Sakti sebesar 36 persen, dan PT Asia Sahabat Indonesia sebanyak 24 persen.