Suara.com - PT Rekayasa Industri (Rekind) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai Besar Industri Agro (BBIA) - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berhasil membangun dan mengoperasikan pabrik percontohan (pilot plant) yang mampu mengolah limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menjadi glukosa, xylosa, dan lignin.
Ini merupakan Pilot Plant pertama di Indonesia yang mampu memaksimalkan tiga senyawa tersebut sekaligus melalui proses fraksionasi (teknik pemisahan dan pengelompokan kandungan kimia ekstrak) baik secara kimiawi, fisika, maupun biologi. Belum ada pelaku industri di tanah air yang mampu melahirkan tiga senyawa tersebut sekaligus melalui proses fraksionasi tadi.
Atas keandalan dan strategisnya pilot plant tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Kamis (08/08) meresmikan pengoperasian pabrik percontohan yang terletak di Cikaret, Bogor itu. Turut hadir dalam peresmian tersebut Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih, Komisaris Utama Rekind Dody Widodo, SVP Corporate Strategy & Investment Rekind Nu’aim Badrul Kamal, SVP Corporate Secretary & Legal Rekind Edy Sutrisman, dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
“Pembentukan konsorsium Pilot Plant Fraksionasi Tandan Kosong Kelapa Sawit sejak tahun 2019 ini merupakan bentuk kolaborasi antara Government oleh Kementerian Perindustrian yang dilaksanakan oleh BBSPJI Agro, Academics oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Business oleh PT Rekayasa Industri (Rekind),” terang Agus Gumiwang Kartasasmita.
Baca Juga: Target 60.000 Ha Peremajaan, Begini Cara PalmCo Gandeng Semua Petani Sawit Indonesia
Pilot Plant ini, lanjutnya, memiliki nilai teknologi yang sangat strategis untuk pengembangan industri berbasis sumber daya terbarukan di masa mendatang. Pilot Plant ini mampu menghasilkan Glukosa, Xylosa, Lignin (GXL) secara bersamaan. Glukosa merupakan prekursor pembuatan bio etanol, yaitu bahan bakar nabati pencampur bensin (gasoline), sedangkan Xilosa dan Lignin, keduanya merupakan prekursor pembuatan Bio Fine Chemicals (bahan kimia berbasis sumber daya terbarukan), yang dapat diolah menjadi produk antara lain xylitol, benzene dan toluene.
“Terwujudnya pilot plant berteknologi moderen ini merupakan kebanggaan besar dan anugerah yang patut disyukuri, karena Rekind ikut aktif di dalamnya. Berjuang bersama berbekal pengalaman dan kompetensinya di bidang EPC (Engineering, Procurement, & Construction), khususnya melalui teknologi proses, sebagai kekuatan yang dipegang teguh Rekind hingga saat ini,” tambah Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih usai peresmian.
Rekind sendiri, lanjut wanita yang akrab disapa Yani itu, bersama dengan ITB telah mengantongi Hak Paten Skala Lab dari Direktorat Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, untuk bioethanol Generasi II melalui teknologi pengolahan limbah TKKS tersebut.
Pemberian paten ini menandai tonggak penting bagi Rekind dalam mendukung program pemerintah untuk transisi energi dari fosil menuju Energi Baru dan Terbarukan (EBT), melalui pengembangan teknologi bahan bakar nabati yang bersih, efisien, dan tidak bersaing dengan bahan pangan di Indonesia.
“Keberhasilan penerapan teknologi ini juga berpotensi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Dengan menyediakan alternatif yang bersih dan berkelanjutan, bahan bakar nabati ini dapat mengurangi emisi carbon dan berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim,” terang Yani.
Baca Juga: Peremajaan Kebun Sawit Rakyat Diharapkan Tingkatkan Produktivitas dan Dongkrak Harga CPO
Rekind, lanjutnya, mampu memberikan sumbangsih pentingnya dalam proses rancang bangun pilot plant Teknologi Fraksional TKKS, yang kelak turut meningkatkan ketahanan ekonomi nasional, melalui kelahiran industri yang mampu menghasilkan produk bernilai jual tinggi, kokoh, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Serta mengurangi ketergantungan pada bahan impor.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Andi Rizaldi, menambahkan, Penguasaan Teknologi Fraksionasi TKKS pada skala pilot ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan dan optimalisasi TKKS untuk diproses dan menghasilkan prekursor bernilai tinggi seperti Glukosa, Xilosa, dan Lignin (GXL). Selain itu, teknologi yang dihasilkan akan menjadi satu lisensi teknologi yang merupakan hasil karya anak bangsa. Keberhasilan pilot plant TKKS menjadi produk GXL, akan menambah daya saing kelapa sawit Nasional, meningkatkan image positif terhadap isu lingkungan dan memperkuat serta memperdalam struktur industri nasional.