Suara.com - PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mencatat kinerja yang kurang menggembirakan pada semester I-2024. Perusahaan mengalami kerugian bersih sebesar USD 26,5 juta, jauh di bawah laba bersih USD 4,923 juta yang diraih pada periode yang sama tahun sebelumnya
Kerugian ini terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs yang mencapai USD 12 juta akibat pelemahan rupiah dan dolar Australia terhadap dolar AS. Meskipun pendapatan perusahaan masih relatif stabil, namun peningkatan beban pokok pendapatan dan kerugian kurs yang signifikan menekan profitabilitas DOID.
Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri menjelaskan kerugian disebabkan oleh berkurangnya laba usaha dan kerugian selisih kurs sebesar USD12 juta akibat pelemahan rupiah dan dolar Australia, tanpa dampak pada kas.
“Penting untuk dicatat bahwa kerugian selisih kurs tersebut merupakan kerugian yang belum direalisasikan (unrealized loss) dan merupakan hasil dari perlakuan akuntansi (accounting treatment),” ungkap dia dalam keterangan resmi dikutip Jumat (2/8/2024).
Baca Juga: Defisit Modal Indofarma Kian Bengkak, Sentuh Rp1,5 Triliun
Padahal Pendapatan YoY tetap stabil di angka USD855 juta, sementara EBITDA turun secara tahunan sebesar USD160 juta. Peningkatan awal pada biaya tunai dari inisiatif efisiensi diperkirakan akan kembali normal seiring dengan penerapan langkah-langkah tersebut.
Adapun volume batu bara Grup tetap stabil pada 42 metrik ton (MT) sementara pengupasan tanah (Overburden Removal) secara keseluruhan turun 5 persen sebesar 271 juta bank cubic meter (bcm) akibat curah hujan ekstrem yang terus berlanjut.
Kondisi cuaca ekstrem telah berdampak pada industri pertambangan secara luas di Indonesia dan sektor-sektor lain di seluruh Asia, namun kemampuan operasional dan adaptasi strategis Grup memastikan kemajuan yang berkelanjutan dalam mencapai target.