Suara.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) menandatangani Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan bersama dengan Chevron New Energies International Pte. Ltd.
Penandatanganan ini merupakan bentuk kerjasama terkait penilaian (assessment) penangkapan karbon sebagai upaya dekarbonisasi sekaligus mengoptimalkan produksi amonia yang rendah karbon di kawasan industri PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).
Penandatangan JDSA dilakukan langsung oleh Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi bersama Director of Chevron New Energies International, Pte., Ltd. Andrew S Mingst.
Penandatanganan ini turut disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Tercatat dalam 20 Perusahaan Pembayar Pajak Terbesar
Rahmad menuturkan bahwa studi pengembangan teknologi penangkapan karbon ini semakin memperluas kerjasama Pupuk Indonesia dalam hal mengurangi emisi karbon pada industri pupuk nasional. Karena arah pengembangan perusahaan ke depan adalah menjadi industri pupuk dan petrokimia terintegrasi dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
“Sejalan dengan komitmen global, studi pengembangan penangkapan emisi karbon bersama Chevron ini akan menjadi solusi konkrit Pupuk Indonesia Grup dalam program dekarbonisasi untuk menciptakan proses produksi amonia yang lebih rendah karbon atau blue ammonia,” ujar Rahmad ditulis Jumat (2/8/2024).
Adapun tujuan dari JDSA ini, tambahnya, pertama untuk memastikan kelayakan proyek penangkapan karbon dan offtake amonia rendah karbon yang nanti akan dihasilkan dari proses penangkapan karbon ini.
Blue ammonia yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk bahan baku pupuk seperti Urea dan NPK untuk mendukung produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Selain itu, blue ammonia juga dapat menjadi salah satu sumber alternatif energi bersih masa depan.
Negara dengan komitmen tinggi untuk menyerap blue ammonia sebagai salah satu alternatif energi bersih masa depan adalah Jepang. Selain itu, blue ammonia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pendamping atau co-firing batubara di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Baca Juga: Pemanfataan Geotermal RI Baru 10% dari Potensi 24 Gigawatt
“Sehingga teknologi penangkapan karbon ini adalah infrastruktur penting dalam pengembangan amonia rendah karbon atau blue ammonia, karena ke depan kami prediksi permintaannya akan semakin meningkat seiring komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon,” tutup Rahmad.
Program penangkapan karbon yang dijalankan Pupuk Indonesia ini merupakan salah satu tahapan pada roadmap Pupuk Indonesia dalam upaya mengurangi emisi karbon. Sebagai informasi, pada 2023 Pupuk Indonesia telah berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 1,55 juta ton atau di atas target 1,21 juta ton.