Industri Semen Indonesia dan Tiongkok Lakukan Kolaborasi Bidang Waste Heat Recovery

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 30 Juli 2024 | 17:55 WIB
Industri Semen Indonesia dan Tiongkok Lakukan Kolaborasi Bidang Waste Heat Recovery
Industri semen Indonesia dan Tiongkok melakukan kolaborasi dalam pengelolaan waste heat recovery melalui program pertukaran yang difasilitasi oleh UNIDO.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Kita bisa bertukar pikiran dengan industri di Tiongkok. Apalagi industri semen di Tiongkok cukup maju yakni peringkat keenam. Kita bisa berkolaborasi dalam menurunkan limbah,” kata Andi.

Sementara itu, Deputi Direktur Jenderal Departemen Konversi Energi dan Pemanfaatan Sumber Daya Kementerian Industri dan Informasi Tiongkok, Ding Zhijun, mengatakan Tiongkok belum banyak melakukan pertukaran energi pada bidang energi terbarukan. Apalagi Tiongkok saat ini memiliki perhatian yang tinggi pengurangan emisi karbon.

“Saat ini tingkat polusi udara di Tiongkok sudah baik. Emisi turun hingga 30 persen,” kata Ding Zhijun.

Oleh karenanya pihaknya menyambut baik program pertukaran yang dilakukan industri semen Indonesia dan Tiongkok melalui fasilitasi dari UNIDO tersebut.

Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Lilik Unggul Raharjo, menyambut positif program pertukaran pengetahuan dan pengalaman tersebut karena sesuai dengan visi misi asosiasi terkait dekarbonisasi.

Ada sejumlah inisiatif yang dilakukan untuk dekarbonisasi yang dilakukan ASI, yakni meningkatkan efisiensi pemakaian energi, memproduksi semen ramah lingkungan, mengubah penggunaan bahan bakar fosil ke energi alternatif.

“Saat ini, kami punya peta jalan dan jika dibandingkan 2010, kita sudah mengalami penurunan emisi dari 730 CO per kilogram turun sekaran menjadi 620 CO per kilogram,” kata Lilik.

Tantangan yang perlu dihadapi industri semen diantaranya investasi pada bidang teknologi karena harus melakukan penyesuaian pada penggunaan bahan bakar alternatif, kebijakan dari pemerintah yang perlu disinkronkan penggunaan bahan bakar alternatif dan kemudahan perizinan, hingga kesulitan mendapatkan bahan bakar alternatif di sejumlah daerah.

“Kami berharap ada insentif, sehingga pabrik semen mendapatkan kemudahan dalam memodifikasi peralatan," pungkasnya.

Baca Juga: SIG Catat 20% Deretan Bosnya Adalah Perempuan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI