Pemanfataan Geotermal RI Baru 10% dari Potensi 24 Gigawatt

Senin, 29 Juli 2024 | 12:16 WIB
Pemanfataan Geotermal RI Baru 10% dari Potensi 24 Gigawatt
Pekerja menyelesaikan pekerjaan pada proyek sumur produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2022). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/tom.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia memiliki potensi geotermal terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 24 gigawatt (GW), namun hanya sekitar 10% dari kapasitas yang saat ini dimanfaatkan. Untuk mengoptimalkan potensi besar ini, diperlukan pengembangan teknologi inovatif guna memaksimalkan penggunaan energi geothermal yang ramah lingkungan.

Hal ini menjadi sorotan dalam seminar bertajuk “Keunggulan Proses Geotermal untuk Mencapai Efisiensi Sistem yang Lebih Baik” yang diselenggarakan oleh Nalco Water, perusahaan dari Ecolab baru baru ini.

Seminar ini menekankan pentingnya solusi holistik dan kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan dalam generasi daya geotermal. Teknologi dan proses yang disampaikan termasuk pengelolaan air dan sistem pendinginan terkini yang dirancang untuk membantu mengurangi konsumsi air hingga 30%, mengurangi emisi karbon dan memperpanjang umur operasional peralatan geotermal.

Asosiasi Panasbumi Indonesia (API-INAGA) mengapresiasi kontribusi Nalco Water dalam memajukan teknologi geotermal. Riza Pasikki, General Secretary of INAGA, mengatakan dalam mengatasi tantangan industri dari risiko hulu saat eksplorasi hingga fase pemanfaatan sangat penting. INAGA bertujuan untuk berbagi wawasan tentang kondisi energi geotermal saat ini dan membahas cara untuk membuatnya lebih berdampak.

Baca Juga: Launching Nusantara InnoVision Center, PLN Operasikan Sistem Pembangkit Listrik Terintegrasi Secara Digital

"Dengan target menambah 3.000 MW pada tahun 2030, artinya kita harus menambah 500 MW setiap tahun. Meskipun ada risiko dari skala pengembangan yang agresif, pengembangan sumber daya geotermal entalpi rendah-menengah (low-medium enthalpy) di Indonesia adalah suatu keharusan," kata Riza dalam keterangannya dikutip Senin (29/7/2024).

Meski demikian upaya ini memerlukan dukungan dari perusahaan teknologi seperti Ecolab dalam pengelolaan yang efektif. Dirinya menghargai upaya pemerintah namun menyadari perlunya kolaborasi dan sumber daya yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan energi terbarukan.

"Advokasi berkelanjutan dan peningkatan rantai pasokan sangat penting, dan kami berharap Ecolab dapat mendukung penyediaan konten lokal (TKDN) sebagai ketentuan yang diperlukan oleh pemerintah," katanya.

Sementara itu, Chandra Marimuthu, VP & GM, Heavy Industry, Ecolab Asia Tenggara, menegaskan kembali komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan industri geotermal di Asia Tenggara.

"Mendorong kolaborasi, inovasi, dan pertumbuhan dalam industri geotermal sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Fokus kami adalah untuk membantu pelanggan kami mencapai tujuan keberlanjutan dan meningkatkan efisiensi operasional. Mendirikan pusat keunggulan geothermal (geothermal excellence center) di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat inovasi, penelitian, dan kolaborasi, dalam mengatasi tantangan industri di Indonesia, Jepang, Selandia Baru, dan Filipina," ujar Chandra.

Baca Juga: Dukung Industri Kendaraan Listrik di Indonesia, BKI dan IBC Tandatangani Nota Kesepahaman

Salah satu pembicara ahli, Prof. Sadiq J. Zarrouk, PhD., Associate Professor dan Co-Director dari Geothermal Institute di University of Auckland, menyoroti peningkatan penggunaan pembangkit listrik teknologi binary untuk produksi listrik dari reservoir geotermal entalpi rendah dan tinggi (low- and high- enthalpy).

Dirinya menekankan pembangkit listrik teknologi binary harus terus dioptimalkan untuk mengekstrak sebanyak mungkin energi dari fluida geotermal untuk generasi daya maksimal. Kontrol dan pengelolaan akumulasi kerak mineral menjadi sangat penting.

"Sementara industri telah menggunakan teknologi modifikasi pH fluida geotermal selama lebih dari 20 tahun untuk mengontrol penumpukan mineral, hal ini menyebabkan efektivitas yang terbatas dan dapat menyebabkan korosi." paparnya.

Sedangkan Evan Jayawiyanto, President Director Ecolab Indonesia, menegaskan industri geotermal di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara siap untuk pertumbuhan signifikan, dengan harapan melipatgandakan kapasitasnya.

"Pertumbuhan ini sangat penting dalam konteks transisi energi saat ini, dan kami berusaha untuk terus bermitra dengan para pelanggan kami untuk meningkatkan peluang operasional dan pertumbuhan di industri geotermal. Inovasi akan menjadi kunci dalam mendorong kemajuan sektor geotermal," pungkas Evan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI