Suara.com - Tomy Winata pengusaha apa? Namanya selalu dikaitkan dengan sosok para pengusaha kelas dewa berjuluk '9 Naga'.
Baru-baru ini, nama Tomy Winata kembali dikaitkan dengan hebohnya pemberitaan sosok berinisial T yang disebut sebagai pengendaali judi online di Indonesia. Meskipun, rumor tersebut belum terbukti benar, publik telah dahulu mengaitkannya dengan sosok Tomy Winata.
Sebelumnya, Tomy Winata juga sempat membuat heboh lantaran menjadi sosok pengusaha di balik konflik Pulau Rempang. Demi meraih konsesi pengembangan kawasan Pulau Rempang di Batam, Kepulauan Riau, Tomy Winata rela mengeluarkan Rp1,2 triliun.
Sejak saat itu, ia menarik perhatian masyarakat yang ingin tahu Tomy Winata penguasaha apa. Melaui PT. MEG, Tomy Winata akan mengembangkan Pulau Rempang menjadi Rempang Eco City, kawasan industri ramah lingkungan.
Baca Juga: Pekerjaan Mentereng Suci Winata, Pantas Bisa Masuk ke Keluarga Cendana
PT. MEG akan membangun Rempang Tower dan diperkirakan akan menjadi menara tertinggi di kawasan Pulau Rempang. Pembangunan Rempang Tower diperkirakan akan menghabiskan dana hingga Rp 45 triliun. Apakah kalian tahu, Tomy Winata pengusaha apa?
Profil Tomy Winata
Tomy Winata lahir pada 23 Juli 1958. Pria keturunan Tionghoa ini terkenal sebagai pengusaha berpengaruh sejak zaman orde baru. Ia diyakini oleh warga Indonesia sebagai salah satu taipan jajaran 9 naga di Indonesia.
Berdasarkan berbagai sumber, Tomy Winata disebut-sebut tidak berasal dari keluarga berada. Ia lulusan SMP dan tidak melanjutkan pendidikan lantaran takut terpengaruh dunia politik. Selain itu ia juga anak yatim piatu yang hidup dalam kemiskinan. Dibutuhkan biaya untuk bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi.
Pemilik nama asli Tionghowa Oe Suat Hong ini memulai bisnis dari nol pada 1972. Pada saat itu ia mendapatkan proyek pertama pembangunan kantor koramil di Singkawang.
Baca Juga: Ssstts..! Bahlil Ungkap Peran Tomy Winata di Proyek Rempang
Tomy Winata sekarang menjadi pemilik grup Artha Graha atau Artha Graha Network. Perusahaan tersebut bergerak di berbagai bidang seperti perbankan, properti, dan infrastruktur. Ia juga emndirikan Yayasan Sosial bernama Artha Graha Peduli.
Sepak Terjang Tomy Winata
Dalam usia 15 tahun, Tomy Winata berkenalan dengan salah seorang pejabat militer di Singkawang. Setelah perkenalan itu, ia mendapatkan proyek untuk membangun kantor Koramil di Singkawang.
Setelah itu, Tomy Winata juga menjadi penyalur barang ke tangsi-tangsi tentara di Indonesia. Dia pernah mendapatkan proyek dari militer di Papua, Makassar, dan Ambon.
Saat berada di Papua, Tomy berkenalan dengan Yorrys Raweyai. Selain itu, ia juga menjadi dekat dengan Letnan Jenderal Purnawirawan Tiopan Bernard Silalahi dan Jenderal Edy Sudrajat.
Thun 1988, Tomy bersama Yayasan Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat) menyelamatkan Bank Propelat yang semula dimiliki Yayasan Siliwangi. Bank tersebut memiliki aset sebanyak Rp8 miliar. Bank tersebut kemudian diubah namanya menjadi Bank Artha Graha. Bank yang tadinya tidak sehat secara operasional dan keuangan tersebut dalam 1,5 tahun sudah kembali stabil.
Selama masa krisis ekonomi, tangan dingin Tomy Winata juga mampu menyelamatkan Artha Pusara. Perusahaan tersebut kemudian berganti nama menjadi Artha Pratama.
Tahun 1989, Tomy mendirkan PT. Danayasa Arthatama. Dengan perusahaan tersebut, Tomy terlibat dalam proyek kawasan bisnis Sudirman Central Business District (SCBD) seluas 45 hektar yang terletak di Jantung kota DKI Jakarta. Tomy menjabat sebagai Komisaris bersama Sugianto Kusuma sebagai Komisaris Utama.
Di tahun 2003, Tomy Winata mengambil alih PT. Bank Inter-Pacific. Di tahun 2005 Bank Interpacific melalui Pasar Modal mengakuisisi Bank Artha Graha. Bank tersebut kemudian berubah nama dan berkembang lebih jauh menjadi Bank Artha Graha Internasional.
Tomy Winata diketahui juga memiliki saham Hotel Borobudur. Pembelian saham dilakukan melalui PT. Jakarta Internasional Hotels and Development.
Di tahun 2016, Tomy Winata tercatat dalam daftar 40 orang terkaya RI dengan kekayaan sebesar US$110 juta atau Rp 1,6 triliun. Sumber pemasukan utamanya berasal dari PT. Danayasa Arthatama, perusahaan pengembang kawasan SCBD yang sudah dimulai sejak tahun 1987 tersebut.
SCBD saat ini dikenal sebagai 'Jantung Segitiga Emas' Jakarta dan menjadi kawasan niaga terpadu modern. Tomy mendapatkan kucuran kekayaan dari kepemilikan saham di PT. Jakarta Internasional Hotels & Development Tbk (JIHD). Hotel tersebut didirikan pada November 1969 dan mulai beroperasi pada Maret 1974.
Saat ini status kepemilikan Tomy dalam Grup Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) berstatus kepemilikan tidak langsung usai sejumlah perusahaan miliknya menggenggam prosi kepemilikan saham mayoritas di bank tersebut.
Ada lima perusahaan yang saat ini berstatus sebagai pemegang saham INPC antara lain PT. Pirus Platinum Murni, PT. Cerana Artha Putra, PT. Puspita Bisnispuri, PT. Arthamulia Sentosajaya, dan PT. Karya Nusantara Permai.
Dalam proyek Rempang Eco-Cty, Tomy mendapatkan kesempatan konsesi selama 80 tahun, sejak 2004 dan akan berakhir pada 2084 mendatang.
Melalui PT. MEG, yang merupakan anak perusahaan Grup Artha Graha, Tomy akan mengelola lahan pada proyek Pulau Rempang tersebut. PT. MEG sendiri bergerak di sektor pariwisata, perhotelan, dan juga pelayanan teknik.
Selain kecakapan finansialnya, Tomy Winata terus melakukan ekspansi bisnis di bidang properti. Dia juga merupakan tokoh kunci dalam menghidupkan kembali minat pada pembangunan Jembatan Selat Sunda, untuk menghubungkan pulau-pulau utama Indonesia Sumatera dan Jawa.
Tak hanya mahir dalam bisnis perbankan, Tomy Winata juga membangun kawasan konservasi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC). Lokasinya berada di Tambling, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Lembaga konservasi ini dikelola langsung oleh Tomy melalui anak perusahaannya, Artha Graha Peduli atau AGP Foundation. TWNC memiliki luas wilayah konservasi sebesar 48 ribu hektar.
Demikian itu informasi untuk menjawab pertanyaan Tomy Winata pengusaha apa.
Kontributor : Mutaya Saroh