RI Tekor Rp10 Triliun Per Tahun, Eks Menteri ESDM Minta Prabowo Benahi Polusi Udara

Selasa, 23 Juli 2024 | 12:18 WIB
RI Tekor Rp10 Triliun Per Tahun, Eks Menteri ESDM Minta Prabowo Benahi Polusi Udara
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. (Suara.com/Dea)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2014-2016, Sudirman Said menekankan pentingnya penanganan polusi udara untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Ia menyatakan bahwa polusi udara yang tidak ditangani akan membawa dampak negatif yang serius bagi kesehatan dan kehidupan sehari-hari.

"Bila polusi udara tidak terselesaikan, masalahnya akan menyangkut pada kesehatan, pemborosan, hal-hal yang sifatnya negatif bagi kualitas hidup kita. Kita perlu memanfaatkan masa transisi pemerintahan sebagai pintu masuk untuk memberikan advokasi kepada policy maker,” ujar Sudirman Said dalam acara "Biru Voices Ambassadors 2024" yang dikutip Selasa (23/7/2024).

Sebagai pemateri, Sudirman menekankan pentingnya mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari dan melakukan kampanye kebersihan udara bersama.

Baca Juga: 13 Cara Mengatasi Stres Kelelahan Bekerja

“Kita perlu mendorong gerakan peduli polusi udara menjadi gerakan sosial yang masif. Harus mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari atau melakukan suatu kampanye kebersihan udara bersama dan itu sangat baik karena inisiatornya para ibu-ibu muda yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kualitas hidup anak dan keluarga,” kata dia.

Selain itu, Sudirman juga menyampaikan pentingnya konsistensi kebijakan dan advokasi dari publik. Menurutnya, Kebijakan yang selaras dari pimpinan tertinggi hingga ke bawah sangat diperlukan, mulai dari Presiden, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, serta Kementerian BUMN harus satu visi bersinergi untuk mengatasi masalah polusi udara

"Pertama kebijakan perlu dikembalikan ke rancangan awalnya, yaitu untuk melindungi masyarakat. Kedua, transisi energi dan juga transisi mobilitas perlu dilaksanakan secara konsisten. Jika di perkotaan transportasi umum ditata secara serius, maka ini akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta menekan emisi dan polusi. Ketiga, civil society dan sektor privat perlu terus mengingatkan sekaligus berkolaborasi dengan pemerintah,” tambahnya.

Sementara itu, Novita Natalia, Co-Founder Bicara Udara, juga menekankan peran penting orang tua dalam ranah kebijakan lingkungan.

"Indonesia Emas 2045 menjadi target pemerintah saat ini. Peran orang tua dalam ranah kebijakan sering kali tidak dilibatkan, padahal merekalah yang mempersiapkan anak-anak untuk mewujudkan Indonesia emas. Melalui Biru Voices Ambassador, Bicara Udara menyediakan wadah untuk para orang tua dan community leaders berperan aktif dalam edukasi publik, dan mengawal kebijakan," ungkap Novita.

Baca Juga: Maju jadi Bacabup Bogor, Rudy Susmanto Ungkit 'Halaman Rumah' Prabowo, Apa Katanya?

Keresahan orang tua terhadap polusi udara menjadi latar belakang utama dilibatkannya mereka dalam acara Biru Voices 2024 yang diselenggarakan Bicara Udara. Dampak polusi udara yang mengganggu kesehatan anak dan keluarga serta kekhawatiran akan kualitas lingkungan saat ini dan masa depan menjadi fokus utama gerakan ini. Kebijakan yang kurang mendukung lingkungan bersih menjadi salah satu kekhawatiran yang sering diungkapkan oleh para orang tua.

Berdasarkan data permasalahan polusi udara yang menjadi penyebab sejumlah penyakit katastropik (catastrophic diseases) membawa dampak besar bagi sektor kesehatan. Tak tanggung-tanggung, penyakit pernapasan ini memakan biaya hingga Rp 10 triliun dalam setahun dari pembiayaan BPJS Kesehatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI