Suara.com - Sampai semester I 2024 ini manajemen PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex mengumumkan sudah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.000 karyawannya.
Hal ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk menghadapi kondisi ekonomi yang menantang dan meningkatkan efisiensi.
Keputusan PHK ini diambil menyusul penurunan permintaan global terhadap produk tekstil, yang berdampak pada omzet dan profitabilitas perusahaan. Selain itu, emiten dengan kode saham SRIL ini juga dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku dan biaya logistik.
Direktur Independen Sritex, Regina Lestari Busono, menjelaskan bahwa PHK ini merupakan langkah terakhir yang diambil perusahaan setelah berbagai upaya efisiensi lainnya, seperti pembatasan lembur kerja dan penundaan investasi, telah dilakukan.
Baca Juga: 3.200 Karyawan Unilever Kena PHK Massal
"Keputusan ini diambil dengan sangat hati-hati dan penuh pertimbangan, dengan memprioritaskan kelangsungan hidup perusahaan dan pemenuhan kewajiban kepada karyawan yang terkena dampak," ujar Regina dalam paparan publik beberapa waktu lalu.
Meskipun melakukan PHK, Sritex tetap berkomitmen untuk menjalankan bisnisnya dan melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya.
Perusahaan juga akan memberikan pesangon dan hak-hak lainnya kepada karyawan yang terkena PHK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sritex memiliki fasilitas produksi sebanyak 37 pabrik yang tersebar di beberapa lokasi di Jawa Tengah, yaitu Sukoharjo, Semarang dan Boyolali. Pabrik terbesar berada di Sukoharjo menempati 79 hektare lahan.
“Untuk efisiensi tenaga kerja, kalau dilihat dari tahun audited 2001 ya kalau enggak salah, itu sekitar 17.000. Kemudian saya mengacu pada hari ini di sekitar 11.000. Jadi total itu mungkin memang lebih besar sekitar 35 persen,” tutur Regina.
Baca Juga: Elon Musk Menang Gugatan Lawan Eks Karyawan, Pesangon PHK Rp 8,1 Triliun Tak Jadi Dibayar
Asal tahu saha perusahaan raksasa tekstil Sritex tengah menghadapi situasi keuangan yang cukuppelik, dimana perseroan harus menanggung utang yang cukup besar.
Pada September 2023, ekuitas perusahaan tercatat negatif, menandakan defisit modal dan kondisi perusahaan yang kritis. Utang Sritex mencapai US$1,54 miliar (Rp24,3 triliun), jauh melebihi asetnya yang hanya US$653,51 juta (Rp10,33 triliun).
Dalam kontestasi Pemilu 2024 lalu Sritex juga menjadi perbincangan publik pasalnya, para direski dan karyawan Sritex kompak mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Kala itu Gibran didampingi istri Selvi Ananda mengunjungi pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex di Sukoharjo. Direksi dan ribuan karyawan antusias menyambut Gibran sejak di gerbang masuk.
Dalam kesempatan itu, Presiden Komisaris PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto memaparkan perjalanan PT Sritex hingga saat ini serta kontribusi untuk masyarakat dan pemerintah. Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih karena Gibran sudah bersedia datang ke pabrik PT Sritex.
“Semoga membawa berkah. Kami menaruh harapan besar kepada Mas Gibran untuk dapat memberikan pencerahan bagi kepentingan kemajuan industri tekstil nasional,” kata Iwan pada medio Januari 2024 lalu.
Iwan kemudian mengajak Gibran menemui karyawan pabrik yang sudah berkumpul di luar ruangan. Di sini lebih spesial, karyawan PT Sritex yang berkumpul lebih banyak lagi. Panggung dengan backdrop kartun Prabowo-Gibran dan tulisan menang sekali putaran memenuhi seluruh ruangan.