Suara.com - Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih saat ini tengah menggelar Jatiluwih Festival kelima kalinya, bertema "Swasti Bhuana" atau Kesejahteraan Bumi. Dibuka hari ini, Sabtu dan berakhir esok Minggu (6-7/7/2024).
Nama Jatiluwih sendiri semakin mendunia, dengan keberhasilan masuk ke dalam daftar Warisan Dunia atau World Heritage UNESCO untuk persawahan terasering dengan sistem pengairan subak berdasarkan konsep Tri Hita Karana.
Dikutip dari kantor berita Antara, ajang bertabur atraksi budaya ini dibuat sebagai bentuk syukur masyarakat Desa Wisata Jatiluwih atas berkah alam, serta komitmen mereka untuk terus merawat subak sebagai warisan budaya yang diakui UNESCO.
Serunya, meski pun tengah melangsungkan acara khusus, pihak pengelola memastikan tidak ada perubahan tiket masuk kawasan wisata ini. Yaitu untuk wisatawan mancanegara (wisman) dewasa Rp 50.000 dan wisman anak-anak Rp 40.000, kemudian wisatawan Nusantara (wisnu) dewasa Rp 15.000 dan wisnu anak-anak Rp 5.000.
Terdapat atraksi tari-tarian dan musik serta kegiatan pertanian mulai dari kegiatan petani menanam padi, menumbuk padi, mengayak, hingga membajak sawah.
Pada tahun ini, festival didesain lebih banyak untuk masyarakat, digarap secara keseluruhan oleh masyarakat dengan tujuan memberi hiburan dan menonjolkan peran masyarakat.
John Ketut Purna, Manajer DTW Subak Jatiluwih yakin bahwa kunjungan wisatawan tahunan di area terasering khas Bali ini akan naik 70 persen tahun ini berkat dorongan Jatiluwih Festival.
“Kunjungan ke Jatiluwih sudah meningkat 30 persen saat ini, akan tetapi saya yakin dari 30 persen itu target bisa mencapai 70-80 persen tahun ini,” jelas John Ketut Purna saat membuka Jatiluwih Festival 2024.
Dipaparkannya bahwa di Kabupaten Tabanan, mulai Januari hingga Juli 2024 angka kunjungan ke DTW Jatiluwih mencapai 178 ribu orang, sementara sebelum COVID-19 atau 2019 untuk periode yang sama jumlahnya hanya 122 ribu kunjungan.
Baca Juga: Aplikasikan Hasil Penelitian untuk Kebutuhan Bisnis, Universitas Ini Bentuk Unit Keuangan
Jumlah ini menandakan adanya kenaikan 45,9 persen saat sebelum COVID-19 dan 31 persen dibanding Januari-Juli 2023.
Manajer DTW Subak Jatiluwih ini menambahkan, dengan modal rata-rata kunjungan harian 1.000-1.300 wisatawan, tambahan kegiatan budaya Jatiluwih Festival bisa menambah kunjungan hingga 70 persen.
“Sudah pasti meningkat karena saat ini kami sudah mengundang stakeholder pariwisata baik dari asosiasi pemandu seperti ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia), PHRI (Hotel dan Restoran Indonesia), HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), dan BTB (Bali Tourism Board). Nah, gaung kami akan diumumkan oleh asosiasi bahwa Jatiluwih ada festival, sehingga agen perjalanan bisa mendatangkan tamunya," jelas John Ketut Purna.