Sinyal Kuat 'Strong Buy' untuk Altcoin, Potensi Meroket Lebih Tinggi dari Bitcoin?

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 04 Juli 2024 | 18:16 WIB
Sinyal Kuat 'Strong Buy' untuk Altcoin, Potensi Meroket Lebih Tinggi dari Bitcoin?
Dok: BTC
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis Kripto Reku Fahmi Almuttaqin menilai, setelah rilis data inflasi indeks Harga Belanja Personal (PCE) terbaru Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu, harga Bitcoin (BTC) dan sejumlah aset kripto lainnya mulai menunjukkan pemulihan signifikan.

Data PCE bulan Mei mencatat penurunan tahunan menjadi 2,6 persen (year-on-year/yoy) dari 2,7 persen (yoy) di April sesuai dengan ekspektasi para ekonom. Setelah data inflasi tersebut dirilis, harga BTC melonjak hampir 6 persen, dari level 60.000 dolar AS ke 63.500 pada 1 dan 2 Juli, sebelum terkoreksi dan berada di level 58.977 dolar AS saat berita ini ditulis.

Pemulihan ini juga terlihat pada sejumlah aset kripto lainnya, terutama yang berasal dari sektor infrastruktur. Selain itu, aset kripto utama seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON) turut mengalami apresiasi.

"Upaya The Fed untuk mencapai 'soft landing' pada ekonomi pascapelonggaran besar-besaran imbas pandemi COVID-19 terlihat telah memasuki babak akhir. Jika diibaratkan pertandingan sepak bola, saat ini seperti berada di menit ke-80 dan unggul tipis satu angka. Kemenangan sudah di depan mata namun apapun masih bisa terjadi," kata Fahmi pada Kamis (4/7/2024).

Baca Juga: Michael Dell Bisa Picu 'Pump' Bitcoin, Harga BTC Bakal Kembali Menguat?

Menurut dia, dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS sebesar 1,4 persen di kuartal I, dampak positif dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi masih tergolong normal. Ini menjadi faktor pendukung agar suku bunga tidak diturunkan karena kontraksi ekonomi, melainkan karena kondisi ekonomi yang membaik.

Meski pasar merespons positif, langkah The Fed selanjutnya akan bergantung pada data inflasi dan laporan ketenagakerjaan bulan Juni.

"Koreksi harga mungkin akan terjadi dalam dinamika pasar, namun jika tren berubah, potensi pemulihan cepat sangat terbuka. Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 68 persen pada September," ujar Fahmi, dikutip dari Antara.

Ia menilai membaiknya inflasi AS membuka peluang positif bagi investor untuk berinvestasi di aset kripto. Sinyal pelonggaran kebijakan ekonomi AS bisa menarik minat investor terhadap instrumen berisiko seperti kripto.

"Namun, dengan dinamika tinggi di pasar kripto, investor harus berhati-hati dan membuat keputusan investasi dengan bijak," katanya.

Baca Juga: Kripto Diawasi OJK, Berpotensi akan Jadi Lembaga Setara Bank

Beberapa indikator seperti Alts Buy Signal yang dikompilasi oleh Cryptokoryo di platform Dune, saat ini menunjukkan situasi strong buy untuk altcoin pada level yang belum pernah terlihat sebelumnya. Ini menunjukkan potensi besar pada aset kripto alternatif selain Bitcoin.

Namun, Fahmi mengingatkan bahwa altcoin memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan Bitcoin, karena kapitalisasi pasar dan likuiditas Bitcoin yang lebih besar serta popularitas altcoin yang tidak setinggi Bitcoin. Meski demikian, banyak altcoin memiliki potensi teknologi menjanjikan yang bisa memiliki nilai manfaat besar di masa depan.

Reku terus mengimbau investor untuk membuat keputusan investasi dengan cermat dan tidak tergesa-gesa. "Investor bisa menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler. Diversifikasi ke altcoin lainnya juga disarankan, di mana Reku rutin menambah coin listing setiap minggu. Fitur Portfolio Analysis di Reku memudahkan investor untuk memantau performa investasi secara real-time tanpa menghitung secara manual," ujar Fahmi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI