Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa Indonesia siap menjadi pemain utama dalam rantai pasok kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) secara global.
Menurut Luhut, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, terutama nikel, yang merupakan bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik.
"Melalui pemanfaatan SDA yang kaya serta investasi dalam teknologi canggih, Indonesia siap menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan global untuk kendaraan listrik dari hulu sampai hilir," ujar Luhut saat meresmikan pabrik ekosistem baterai dan kendaraan listrik Hyundai-LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu.
Luhut menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem produksi EV dunia, mengingat permintaan global untuk kendaraan listrik saat ini tumbuh dengan sangat pesat.
International Energy Agency (IEA) memprediksikan bahwa penggunaan kendaraan listrik secara global akan mencapai 17 juta unit hingga akhir tahun 2024, dengan peningkatan penjualan yang lebih tinggi 25 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, Luhut menjelaskan bahwa peresmian pabrik ekosistem baterai litium dan kendaraan listrik HLI ini merupakan langkah strategis pemerintah RI untuk meningkatkan ekonomi dan menjadikan Indonesia sebagai pemimpin produksi EV di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Pabrik ekosistem ini adalah yang terbesar di wilayah ASEAN.
"Langkah strategis ini tidak hanya meningkatkan perekonomian kita tetapi menciptakan ribuan lapangan kerja, mendorong inovasi, dan pengembangan keterampilan di antara tenaga kerja kita," katanya, dikutip dari Antara.
Sebelumnya Luhut mengatakan peresmian ekosistem baterai litium dan kendaraan listrik milik Hyundai-LG Indonesia (HLI) Green Power di Karawang, Jawa Barat, merupakan wujud komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon (net zero emissions/NZE) pada 2060.
Pabrik hasil kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan ini menjadi pabrik baterai litium dan EV terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) yang mampu memproduksi mobil EV sebanyak 50 ribu unit per tahun dan mengemisi 160 ribu ton karbon, serta mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 45 juta liter ton per tahun.
Baca Juga: Kolaborasi Dorong Percepatan Ekosistem Kendaraan Listrik, Untuk Target Net Zero Emission 2060
Merujuk Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) nilai investasi ekosistem baterai listrik terintegrasi mulai hulu hingga hilir (end to end) tersebut mencapai 9,8 miliar dolar AS atau Rp142 triliun, dengan realisasi investasi mencapai 4,46 miliar dolar AS atau Rp71,36 triliun.