Suara.com - Pusat Dana Nasional (PDN) masih terkena serangan ransomware, sejak Kamis (20/6) lalu. Serangan tersebut membuat membuat sejumlah instansi kerepotan datanya akan bobol dan negara mengalami kerugian.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi mengatakan berdasarkan studi Gartner pada 2014, dampak ekonomi downtime per menitnya bisa mencapai USD 5.600. Dengan begitu dalam sehari kerugian ekonomi bisa mencapai USD 8,064 juta setara Rp132,2 miliar.
"Sampai hari ini, kerugian sudah mencapai Rp1,2 triliun," ujar Heru, dikutip Jumat (28/6).
Tentunya angka kerugian terus bertambah jika PDN masih belum pulih juga hingga sekarang. Bahkan kerugian ditaksir bisa tak ternilai lantaran data dianggap sebagai ladang minyak baru.
Selain rugi finansial, lumpuhnya PDN juga mengganggu layanan pemerintahan dan kepercayaan masyarakat yang menurun.
Heru pun menyarankan pemerintah untuk segera perbaiki perencanaan keamanan siber. Salah satunya harus memiliki data recovey center yang terhubung dengan PDN utama. Dia juga mempertegas fitur keamanan lain sangat diperlukan, tidak hanya memakai Windows Defender saja.
Anggaran Khusus PDN
Teranyar, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) tengah mendalami akar masalah serangan ransomware pada PDN.
Mengutip Bloomberg, berhembus kabar proyek PDN mash terus dipersiapkan hingga 2024. PDN telah mengeluarkan kocek Rp2,7 triliun dengan skema blended financing. Pengeluaran itu terbagi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 15 persen dan bantuan pemerintah Prancis senilai 85 persen.
Baca Juga: Menkominfo dan Kepala BSSN Sambangi Istana, Ngadu soal Peretasan PDN ke Jokowi?
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan sejumlah kategori anggaran yang teralisasi dari Kominfo, yakni total Rp4,9 triliun. Lebih rincinya, Rp1,6 triliun untuk operasional dan pemeliharaan BTS 4G, Rp1,1 triliun unutk operasional Palapa Ring, Rp700 miliar untuk pengembangan satelit, Rp700 miliar untuk pengembangan PDN.