Kiamat Pabrik Tekstil Lokal, Bos Besar Sritex Murung Karena Banjirnya Garmen Murah Asal China

Selasa, 25 Juni 2024 | 11:14 WIB
Kiamat Pabrik Tekstil Lokal, Bos Besar Sritex Murung Karena Banjirnya Garmen Murah Asal China
Ilustrasi. Fenomena membanjirnya produk garmen murah asal China ke pasar Indonesia membuat murung pengusaha tekstil lokal.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fenomena membanjirnya produk garmen murah asal China ke pasar Indonesia membuat murung pengusaha tekstil lokal, salah satunya yang dialami oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Direktur Keuangan Sritex Welly Salam mengatakan salah satu penyebab industri tekstil lokal susah payah karena banjirnya produk impor garmen asal China dengan harga yang jauh lebih murah.

"Terjadinya over supply tekstil di China yang menyebabkan terjadinya dumping harga yang mana produk-produk ini menyasar terutama ke Negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya (tidak menerapkan bea masuk anti dumping, tidak ada tarif barrier maupun non tarif barrier) dan salah satunya adalah Indonesia," kata Welly dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa (25/6/2024).

Selain itu lanjut Welly industri tekstil lokal juga mengalami penurunan pendapatan yang drastis akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Dulu Banjir Pesanan Militer Hingga Fashion Global, Apa yang Hancurkan Sritex?

Tak hanya itu perusahaan menyebut kondisi geopolitik yakni perang Rusia-Ukraina serta Israel-Hamas menyebabkan terjadinya gangguan supply chain, dan juga penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat kawasan Eropa maupun Amerika.

Diketahui Sritex sudah lama harus berkutat dengan masalah keuangan. Pada September 2023 lalu, ekuitas perusahaan ini tercatat negatif, yang menandakan defisit modal serta kondisi perusahaan yang memburuk.

Utang Sritex tercatut mencapai US$1,54 miliar (setara Rp24,3 triliun). Nilai ini melebihi asetnya yang hanya US$653,51 juta (sekitar Rp10,33 triliun).

Sesuai Daftar Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga bulan September 2023, total liabilitas saham SRIL mencapai US$1,6 Miliar atau setara dengan Rp24,66 triliun.

Utang yang melilit ini didominasi oleh utang bank jangka pendek dan utang obligasi yang jatuh tempo hingga mencapai US$1,36 miliar atau setara Rp21,4 triliun.

Baca Juga: Bos Sritex Buka-bukaan Soal Kondisi Pabrik Tekstil

Meski demikian kata dia perseroan telah memohon relaksasi kepada kreditur atas tumpukkan utang itu dan mayoritas sudah memberikan persetujuan atas relaksasi tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI