Dulu Banjir Pesanan Militer Hingga Fashion Global, Apa yang Hancurkan Sritex?

Selasa, 25 Juni 2024 | 11:05 WIB
Dulu Banjir Pesanan Militer Hingga Fashion Global, Apa yang Hancurkan Sritex?
PT. Sri Rejeki Isman Tbk merupakan Perusahaan Tekstil dan Garment yang terintegrasi, terbesar di Asia Tenggara. [Bojonegorokab.go.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah perusahaan tekstil yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Tengah tengah dalam status enam pabrik ditutup dan empat pabrik melakukan efisiensi dengan PHK karyawan.

Krisis yang dihadapi para perusahaan tekstil juga dirasakan oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex. Perusahaan yang sudah berdiri 50 tahun ini mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina, dan perang Israel-Hamas yang membikin gangguan supply chain.

Lalu, juga terjadi kelebihan suplai tekstil dari China membuat dumping harga. Akhirnya eskpor SRIL menurun gegara pergeseran minat tekstil pelanggan Eropa dan Amerika.

Dampaknya, SRIL melaporkan defisit USD 1,16 miliar setara Rp12,94 triliun pada 2023. Pada tahun tersebut, kinerja negatif meliputi pembukuan rugi, defisit serta defisiensi modal menjadi indikasi tidak pastinya kondisi usaha yang berlangsung.

Kerugian yang ditanggung SRIL sepanjang 2023 adalah USD 174,84 juta dengan defisit USD 1,16 miliar dan defisiensi modal USD 954,82 juta.

Kekinian, SRIL masih berusaha tetap bertahan hidup. Langkah yang diambil pun terpaksa pengurangan karyawan (PHK) secara berkala hingga 2025. Selain itu, SRIL akan mengembangkan berbagai produk dengan nilai tambah yang tinggi.

Pada 2023, penjualan bersih menurun 38,2 persen menjadi USD 325,8 juta dari USD 524,56 juta pada 2022. Di tahun yang sama, total aset juga menurun menjadi USD 648,898 juta ketimbang pada 2022 yaitu USD 764,55 juta.

Pernah Berjaya

Untuk pertama kalinya, Sritex dipercaya memproduksi seragam militer pasukan militer NATO dan Jerman. Hasilnya, perusahaan itu meraih sertifikat dari organisasi pakta pertahanan Atlantik Utara itu. Hal itu membuat SRIL banjir pesanan dari 33 negara untuk produksi pakaian militer.

Baca Juga: Bos Sritex Buka-bukaan Soal Kondisi Pabrik Tekstil

Pada krisis moneter, Sritex juga mampu mencatat kinerja positif pada 2001. Pendapatannya bahkan berlipat ganda hingga delapan kali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI