Suara.com - Ceramah eks pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq kembali viral. Kali ini dia mengkritik keras biaya kuliah kedokteran yang mahal.
Rizieq kemudian menyinggung kebijakan Kementerian Kesehatan yang diwacanakan bakal membuka kesempatan naturalisasi untuk memasukkan dokter – dokter asing dengan sistem naturalisasi alih – alih membuat skema pendidikan kedokteran yang terjangkau untuk masyarakat.
“Kementerian Kesehatan mengatakan sekarang kita butuh dokter – dokter naturalisasi. Alasannya karena Indonesia kekurangan dokter. Orang Indonesia tidak kuliah di Fakultas Kedokteran, kenapa? Karena Fakultas Kedokteran mahal, ratusan juta,” kata Rizieq.
Dia melanjutkan, bahwa anak – anak pintar yang tidak punya uang ratusan juta tidak perlu bermimpi bisa berkuliah di Fakultas Kedokteran. Pasalnya pintar saja tidak cukup, namun juga perlu didukung dengan ketersediaan biaya.
Baca Juga: Bebas Murni Hari Ini, Kilas Balik Perjalanan Kasus Habib Rizieq Dipenjara 4 Tahun
Rizieq kemudian menambahkan jika orang Indonesia lebih memilih makan gratis ketimbang pendidikan gratis. Kalimat ini merujuk pada para pendukung presiden terpilih Prabowo Subianto yang menawarkan program makan siang gratis saat masa kampanye.
Seharusnya, masyarakat bisa memilih calon presiden dengan program – program yang lebih esensial seperti pendidikan gratis. Dengan Fakultas Kedokteran dibuka gratis misalnya, akan banyak anak – anak Indonesia yang bisa menjadi dokter.
Rizieq kemudian mempertanyakan 20 persen APBN yang dialokasikan ke sektor pendidikan. Harusnya dengan pengelolaan dana pendidikan tersebut, seharusnya masyarakat Indonesia bisa menikmati pendidikan gratis dari SD sampai kuliah.
Sayangnya, belum diketahui secara pasti kapan video itu diambil dan dimana lokasi terkait. Kebenaran dari video tersebut juga masih dipertanyakan.
Berbicara soal biaya pendidikan yang mahal, Fakultas Kedokteran memang menjadi fakultas yang berbiaya tinggi. Di Universitas Gadjah Mada (UGM) misalnya, jenjang profesi dokter umum akan dikenakan uang kuliah tunggal (UKT) minimal Rp500.000 bagi golongan I, kemudian berturut – turut Rp1 juta, Rp7,250 juta, Rp10,875 juta, Rp14,5 juta, dan yang paling tinggi di golongan VI Rp22,5 juta per semester. Besaran UKT ditentukan berdasarkan kemampuan ekonomi orang tua/ wali mahasiswa. Uang tersebut tidak termasuk dalam UKT masa pre-klinik atau kuliah teori sepanjang tujuh hingga delapan semester.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Drakor Kedokteran Tayang 2024, Cocok untuk Pencinta Medis
Di tengah mahalnya biaya pendidikan hanya untuk menjadi dokter umum, Presiden Joko Widodo menyinggung masih kurangnya jumlah dokter spesialis di Indonesia. "Memang problemnya kita masih punya problem dalam negeri. Dokter spesialisnya masih kurang atau dokter sub spesialis masih kurang," kata Jokowi.
Jokowi mengaku sudah meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mengurus permasalahan tersebut. Dalam kesempatan yang sama, ia juga meminta Mendikbud Ristek Nadiem Makarim untuk memperluas pendidikan dokter spesialis.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni