Sritex Pabrik Apa? Pabrik Tekstil Terbesar Se-Asia Tenggara, Terlilit Utang hingga Terancam Bangkrut

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 20 Juni 2024 | 21:06 WIB
Sritex Pabrik Apa? Pabrik Tekstil Terbesar Se-Asia Tenggara, Terlilit Utang hingga Terancam Bangkrut
Ilustrasi Sritex SRIL - Sritex Pabrik Apa? Pabrik Tekstil Terbesar se-Asia Tenggara, Terlilit Utang hingga Terancam Bangkrut
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekarang banyak orang jadi ingin tahu Sritex pabrik apa sejak dikabarkan bangkrut. Sritex merupakan sebutan populer untuk PT. Sri Rejeki Isman Tbk dan perusahaan ini memiliki kode saham SRIL. Jika kamu belum tahu Sritex pabrik apa, simak uraian profil Sritex di bawah ini.

Sritex pernah jadi sorotan ketika Prabowo-Gibran akan maju sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Pada Januari 2024 lalu, Gibran bahkan sempat mengunjungi pabrik Sritex yang berlokasi di Sukaharjo dan ia juga menemui karyawan Sritex. 

Sritex atau PT. Sri Rejeki Isman Tbk merupakan salah satu perusahaan raksasa tekstik di Indonesia. Perusahaan ini didirikan tahun 1966 dan berkembang menjadi perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. 

Perusahaan terkenal mampu memproduksi produk tekstil berkualitas tinggi seperti seragam militer, rompi anti peluru, dan tekstilrumah tangga. Perusahaan bahkan pernah mendapatkan pesanan dari Nato. Produk Sritex diekspor ke berbagai negara di kawasan Amerika Serika,Eropa, dan Timur Tengah.

Baca Juga: Pabrik Terancam Bangkrut, Bos Sritex Ternyata Punya Museum Pribadi Simpan Mobil Klasik

Terlilit Utang

Sayangnya, pabrik tekstil terbesar Indonesia ini sudah tidak dapat menunjukkan keperkasaannya. Sritex dinyatakan pailit pada 2023 karena terjerat utang yang lebih banyak daripada nilai aset mereka. Berdasarkan laporan keuangan mereka, ekuitas perusahaan negatif, menandakan defisit modal dan kondisi perusahaan kritis.

Utang Sritex mencapai Rp24,3 triliun, jauh lebih banyak dari nilai asetnya yang hanya Rp10,3 triliun. Penurunan pendapatan secara drastis terjadi ketika terjadi pandemi Covid-19. Pandemi telah menghantam industri global dan Sritex ikut kena dampaknya.

Selain itu, Sritex tidak mampu bertahan dari persaingan ketat yang terjadi di pasar globa. Belum lagi, keuangan Sritex diperparah oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Petinggi Sritex sedang melakukan upaya penyelamatan dengan melakukan restrukturisasi utang perusahaan. Kreditur menyetujui proposaltersebut, tetapi masa depan Sritex tetap masih belum pasti. 

Sejarah Sritex

Dikutip dari sritex.co.id, perusahaan didirikan oleh H.M Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo tahun 1966. Di tahun 1968, H.M Lukminto membuka pabrik cetak pertamanya dan menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo. 

Baca Juga: Profil Pabrik Tekstil Sritex: Dulu Bangga All In Prabowo-Gibran, Kini Terancam Gulung Tikar

Berlanjut di tahun 1978, Sritex terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. Lalu di tahun 1982, didirikanlah pabrik tenun pertama. 

Masa Jaya Sritex

PT. Sri Rejeki Isman Tbk merupakan Perusahaan Tekstil dan Garment yang terintegrasi, terbesar di Asia Tenggara. [Bojonegorokab.go.id]
PT. Sri Rejeki Isman Tbk merupakan Perusahaan Tekstil dan Garment yang terintegrasi, terbesar di Asia Tenggara. [Bojonegorokab.go.id]

Tahun 1992 tampaknya menjadi permulaan masa jaya Sritex. Perusahaan memperluas pabrik dengan empat lini porduksi antara lain pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana dalam satu atap. Dua tahun kemudian, perusahaan mendapatkan pesanan dari NATO dan tentara Jerman. 

Sejak itu, perusahaan semakin terkenal sebagai perusahaan raksasa yang memiliki kualitas tinggi. Sritex bahkan berhasil selamat dari krisis moneter di tahun 1998. Lepas dari krisis Moneter, di tahun 2001, Sritex melipatgandakan pertumbuhannya sampai delapan kali lipat. 

Di tahun 2013, Sritex melakukan penawaran saham kepada masyarakat umum. Dengan kode saham SRIL, Sritex melantai di Bursa Efek Indonesia. 

Perkembangan Sritex yang gemilang ini membuahkan penghargaan. Di tahun 2014, Iwan S. Lukminto mendapatkan anugerah penghargaan sebagai Businessman of the Year dari Majalah Forbes Indonesia dan juga sebagai EY Entrepreneur of the Year tahun 2014 dari Erns and Young. Akan tetapi sekitar sembilan tahun kemudian sejak saat itu, atau tahun 2023, perusahaan dinyatakan terlilit utang dan akan bangkrut jika tidak ada penyelamat keuangan mereka. 

Demikian itu informasi Sritex pabrik apa. Semoga bermanfaat.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI