Suara.com - Nelayan Desa Tanjung Palas Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai, Riau, beralih profesi menjadi pembudidaya perikanan berkelanjutan. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) merancang Program Dumai Minapolitan membantu langkah ini, lewat program yang diperuntukkan bagi warga nelayan kehilangan pekerjaan akibat pelarangan kegiatan "ngokang".
Ngokang sendiri adalah aktivitas warga nelayan yang menggunakan perahu kecil untuk menjajakan dagangannya ke kapal-kapal besar. Kegiatan ini dinilai berbahaya dan mengganggu alur pelayaran di Selat Malaka.
Dikutip kantor berita Antara dari rilis resmi, Edward Manaor Siahaan, Manajer CSR & SMEPP Management PT KPI menyatakan bahwa tekanan untuk segera beralih mata pencaharian para nelayan ngokang itu menguat saat pandemi COVID-19. Aktivitas perekonomian yang lumpuh akibat pembatasan sosial berdampak langsung pada usaha ngokang.
Para nelayan ini sempat nekat melakukan budidaya ikan lele tanpa modal dan pengetahuan. Namun hasilnya kurang memuaskan dan sebagian besar ikan mati. Kemudian mereka membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Palas Jaya dengan anggota 16 orang dan mengajukan bantuan ke PT Kilang Pertamina Internasional Unit II Dumai agar usahanya semakin maju.
Baca Juga: Sambut Idul Adha 2024: 4 Ruas Tol Trans Jawa Antisipasi Peningkatan Volume Kendaraan
“Banyak nelayan yang sudah lansia sementara 47 persen pelaku ngokang lulusan SD. Keterbatasan SDM dan pilihan pekerjaan terpaksa ngokang, dengan risiko pekerjaan tinggi, kohesivitas sosial rendah. Maka digagas program Dumai Minapolitan untuk membantu mereka beralih profesi dengan penyediaan sentra perikanan melalui inovasi,” jelas Edward Manaor Siahaan.
Pokdakan Palas Jaya menggunakan dana bantuan Pertamina itu untuk membangun 12 kolam berukuran 2 m x 2,5 m dengan memanfaatkan lahan kosong. Bantuan juga dibelikan bibit lele dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Dumai sebanyak 12 ribu ekor, sumur bor sebagai sumber air bersih, instalasi listrik, pompa untuk sirkulasi kolam, dan lain-lain.
Pengembangan program dilakukan pada 2021 dengan penambahan 12 kolam baru sehingga Pokdakan Palas Jaya memiliki 24 kolam. Kemudian p 2022, KPI Unit Dumai mengucurkan bantuan lebih besar. Dalam tahun implementasi program ini, sudah ada 50 kolam pengembangan kawasan budidaya perikanan.
Penguatan kapasitas kelompok terus dilakukan pada 2023. Peruntukan kolam lele diatur agar hasilnya maksimal. Sebagian besar untuk pembesaran ikan lele dan 12 kolam dijadikan sebagai lokasi pembibitan.
KPI Unit Dumai juga melatih mitra binaannya untuk mengolah limbah yang mereka hasilkan. Limbah diolah kembali menjadi pakan konsentrat yang bisa diputar kembali untuk budi daya perikanan, serta pupuk organik yang dapat menyuburkan tanaman.
Baca Juga: Gratyo Berikan Bisnis Coaching ke Pelaku UKM untuk Bangun Bisnis yang Profitable dan Auto Pilot
Untuk mencegah kegagalan panen, KPI Unit Dumai pada akhir 2023 memperkenalkan Smart and Precision Aquaculture pada Pokdakan Palas Jaya melalui Sistem Monitoring Kualitas Air (SIMORIKA) berbasis panel surya.
“Dengan adanya sistem ini, pembudidaya dapat mengurangi kegagalan panen karena penurunan kualitas air dapat dideteksi lebih dini serta dimitigasi. Selain itu bisa mengurangi pencemaran air yang berdampak buruk bagi lingkungan akibat ikan yang mati,” jelas Agustiawan, Area Manager Communication, Relations, & CSR PT KPI Unit Dumai.
Program SIMORIKA ini sejalan dengan implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) dan SDGs pada program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan PT KPI. Selain beradaptasi menghadapi era revolusi industri 4.0, adanya fenomena perubahan iklim menjadikan Pertamina harus terus berinovasi dalam menjalankan program TJSL.
“Melalui SIMORIKA ini, Pertamina berupaya untuk meningkatkan pengetahuan kelompok binaan dalam menerapkan teknik budidaya modern yang ramah lingkungan. Serta menurunkan tingkat kegagalan panen akibat perubahan iklim,” tandas Agustiawan.
Dengan penambahan kolam, kemampuan memijahkan ikan, memproduksi pakan, membuat makanan olahan, penanganan limbah, dan penerapan teknologi pintar maka program Dumai Minapolitan pada 2024 sudah memasuki tahapan pemantapan program.
“Saat ini, 50 orang nelayan ngokang sudah alih profesi. Di kelompok ada pengembangan sentra benih ikan, dan replikasi budidaya ikan di tempat lain. Selain itu, dari sisi inovasi program ini memiliki paten spiral alat sortir lele,” ungkap Agustiawan.
Ramli, salah satu anggota Pokdakan Palas Jaya, menegaskan kelompok sudah siap apabila dalam waktu dekat akan memasuki exit program dan Pertamina tidak memberikan bantuan langsung.
“Namun, kami berharap terus dibimbing agar usaha ini berlanjut. Yang paling utama adalah kami dapat beraktivitas mencari nafkah lebih aman, minim risiko jika dibandingkan melaut dari sore hingga malam di Selat Malaka,” kata Ramli menyampaikan harapannya.