“Semua keputusan dilakukan terpusat dan berjenjang. Mindset ini tidak fit-in dengan situasi pasar yang selalu berubah cepat. Apalagi kita sedang menghadapi krisis,” tambah Faizal.
Krisis yang dialami Pos Indonesia masa itu sejatinya tak hanya karena pandemi Covid 19, dari sisi internal, Pos Indonesia sendiri pun diterpa krisis. Mulai dari sektor keuangan, bisnis, maupun operasional.
Dalam acara bedah buku, hadir pula Pakar Bisnis dan Marketing Yuswohady sebagai pembahas buku. Ia berkata bahwa buku ini merupakan buku pertama di Indonesia yang bercerita tentang bagaimana seorang leader memimpin perusahaan di era ambiguitas, yaitu era di mana kita tidak tahu kondisi besok akan seperti apa, di mana semuanya penuh ketidakpastian.
“Buku ini bisa sangat berkontribusi pada dunia manajemen karena dalam buku dibahas bagaimana memimpin dalam kondisi ambigu. Era ambiguity, era di mana enggak tahu besok akan seperti apa,” terang Yuswohady.
Yuswohady menyebut dalam era tersebut perencanaan strategi perusahaan yang sebelumnya telah disusun sudah tidak relevan lagi. Maka, pemimpin tidak perlu banyak berstrategi, tapi harus mulai mengambil tindakan.
Menurutnya, itu lah yang dilakukan Faizal dalam memimpin Pos Indonesia dalam masa krisis.
Digambarkan dalam buku bahwa Faizal memiliki strategi bernama agilitas: kemampuan untuk bertindak lincah, cepat, dan tepat.
Agilitas itu ia amplifikasikan ke dalam lima aspek yakni; agile leadership, agile culture, agile digitalization, agile inno-collab, dan agile execution.
Strategi kepemimpinan pria yang juga Anggota Majelis Wali Amanat ITS itu, berhasil mengantarkan Pos Indonesia berhasil melewati krisis. Saat ini, Pos Indonesia merupakan perusahaan yang sehat secara finansial dan punya performa bisnis yang baik.
Baca Juga: Pos Indonesia dan Treetan Nusantara Network Garap Layanan Umrah dan Wisata Halal