Hingga Triwulan I-2024, Perseroan (PT PAM) memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang berlokasi di Desa Buleleng, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi produksi seluas 198 Hektar dengan area tertambang seluas 47 Hektar.
Cadangan terkira daerah IUP Perseroan sebesar 3,7 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,51 %
Untuk Entitas anak (PT IBM), memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang berlokasi kecamatan Langgikima, kabupaten Konawe Utara, provinsi Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi produksi seluas 576 Hektar dengan area tertambang seluas 60,72 Hektar, dimana cadangan terkira dan terbukti sebesar 9,42 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,30%.
Pada Triwulan II-2024 situasi Geopolitik yang saat ini berkembang, diantaranya yaitu meluasnya sanksi AS dan Inggris terhadap Rusia terhadap ekspor bahan mentah dan larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME).
Selain itu, insiden di Kaledonia Baru yang mempengaruhi operasional perusahaan pertambangan nikel yaitu terganggunya aktivitas produksi tambang dan beberapa pertambangan nikel di Australia mengalami gangguan pasokan akibat faktor biaya.
"Akibat beberapa sentimen ini, pasokan bijih nikel dunia terutama di Kaledonia Baru dan Australia tidak normal, yang diperkirakan dapat menjadi katalis positif untuk kenaikan harga dalam rantai industri nikel kedepannya," kata Direktur Utama NICL, Rudy Tjanaka ditulis Selasa (4/6/2024).
Hal ini tercermin dengan meningkatnya harga acuan nikel di akhir April 2024 sudah meningkat 8,76% menjadi 17.424,52 USD/dmt dibandingkan dengan periode Maret 2024 yang berada pada level 16.021,67 USD/dmt.
Perseroan meyakini bahwa adanya beberapa sentimen positif tersebut, dan telah disetujuinya RKAB untuk tahun 2024, Perseroan akan menggenjot produksi dan penjualan yang kemudian akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perseroan.
Pada semester ke II tahun 2024 ini, Perseroan juga berencana untuk berproduksi sesuai kapasitas RKAB. Perseroan menilai bahwa dengan terganggunya proses produksi tersebut di atas, yang membuat terbatasnya supply nikel pada akhir Triwulan I-2024 hingga awal Triwulan II-2024, maka dengan adanya penambahan kapasitas produksi dan keluarnya RKAB diharapkan dapat meningkatkan harga jual yang berkelanjutan yang kemudian akan meningkatkan Average Selling Price (ASP) Perseroan.
"Perseroan menargetkan pencapaian penjualan hingga akhir tahun 2024 ini sebesar Rp. 1,289 Triliun dengan target Laba Sebelum Pajak sebesar Rp. 352 miliar. Perseroan berkeyakinan dengan iklim usaha industri yang kondusif, Perseroan dapat mencapai target kinerja keuangan diatas." pungkas Rudy.
Baca Juga: Hillcon Lakukan First Cut untuk Penambangan Nikel di Sulawesi Tenggara