Suara.com - Emiten plat merah, Krakatau Steel (KRAS) kembali merana setelah mencatat kerugian sebesar USD130,21 juta pada tahun 2023.
Namun, angka ini menurun drastis, yaitu 768 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perusahaan mencatatkan laba sebesar USD19,47 juta. Akibatnya, kerugian per saham dasar meningkat menjadi USD0,0068 dari sebelumnya USD0,0012.
Pendapatan usaha KRAS mencapai USD1,45 miliar, turun 34 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar USD2,23 miliar. Beban pokok pendapatan menurun menjadi USD1,34 miliar dari USD2,03 miliar pada akhir 2022. Laba kotor tercatat sebesar USD112,90 juta, turun dari USD202,46 juta pada akhir tahun sebelumnya.
Beban penjualan menurun menjadi USD25,28 juta dari USD26,62 juta. Namun, beban umum dan administrasi meningkat menjadi USD100,05 juta dari USD96,77 juta.
Baca Juga: Ada Transaksi Harian Rp18 Triliun di BEI Pekan Ini, Tapi IHSG Anjlok 3 Persen
Pendapatan operasi lainnya tercatat sebesar USD4,38 juta, naik dari posisi negatif USD34,75 juta pada akhir tahun 2022. Rugi operasi sebesar USD8,04 juta, turun dari laba sebesar USD34,30 juta.
Bagian laba bersih dari entitas asosiasi dan ventura bersama mencapai USD41,41 juta, turun dari USD46,89 juta. Pendapatan keuangan juga menurun menjadi USD3,87 juta dari USD22,96 juta. Keuntungan penjualan entitas anak mencapai USD874 juta dari sebelumnya nihil. Biaya keuangan berkurang menjadi USD129,59 juta dari USD171,65 juta.
Rugi selisih kurs tercatat sebesar USD9,61 juta, turun tajam dari laba sebesar USD68,75 juta. Tidak ada keuntungan dari perubahan nilai wajar derivatif, padahal tahun sebelumnya mencapai USD174,25 juta.
Demikian pula, tidak ada keuntungan dari transaksi inbreng HSM 2, yang sebelumnya sebesar USD53,44 juta. Beban non-operasional lainnya juga nihil, dibandingkan dengan kerugian sebesar USD14,35 juta pada tahun sebelumnya. Akibatnya, kerugian tahun berjalan mencapai USD131,65 juta, turun dari laba sebesar USD22,64 juta.
Total ekuitas tercatat sebesar USD496,80 juta, menurun dari USD552,58 juta pada akhir 2022. Akumulasi rugi meningkat menjadi USD2,32 miliar dari USD2,18 miliar. Total liabilitas mencapai USD2,35 miliar, turun sedikit dari USD2,60 miliar pada akhir 2022. Total aset menurun menjadi USD2,84 miliar dari USD3,16 miliar pada akhir 2022.
Baca Juga: Alasan Pengamat Tetapkan Target Saham BBRI di Harga Rp6.400