Kolaborasi dengan daerah sekitar menjadi salah satu modal utama mengingat Solo tidak bisa sendiri tanpa daerah penyangga. Daerah penyangga Solo, di antaranya Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Wonogiri, dan Sragen.
"Kami harus mengejar juga untuk memperbaiki, merevitalisasi sarana dan prasarana," katanya.
Pemkot Surakarta juga sudah menuangkan konsep kota metropolitan ke dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Panjang Kota Surakarta Tahun 2024-2044.
Budi Murtono, Sekretaris Daerah Kota Surakarta mengatakan dari RPJPD 2024-2044, Solo akan diarahkan sebagai kota penghubung untuk pertumbuhan Jawa Tengah. Termasuk cetak biru perkembangan industri di Kota Solo sudah dicantumkan.
Daryono, salah seorang pegiat wisata Solo mengatakan hinterland atau kota penyangga memegang peranan penting. Dengan luasan 46,72 km2 Solo tidak bisa sendiri. Perlu pemahaman dan kerja bersama untuk mencapai metropolitan.
Program harus menjadi prioritas pemda. Jika tidak menjadi prioritas dan tidak ada pemahaman bersama maka tidak akan mungkin terjadi. Pasalnya, pembangunan berbasis kewilayahan menjadi hal penting.
Selain Pemerintah, pihak swasta juga harus siap dan lebih aktif mengingat jika sebatas menunggu regulasi membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bahkan, pelaku usaha harus menjadi garda terdepan dalam menginisiasi investasi.
Dari sisi Pemerintah, dibutuhkan insentif dari pembuat regulasi agar percepatan Solo sebagai metropolitan cepat terealisasi.
"Tanpa regulasi yang cepat oleh Pemerintah, insentif akan sulit," tukas Daryono.
Baca Juga: Chandra Asri Group Optimis Lini Bisnis Infrastruktur Perkuat Kinerja Perusahaan
Baik Pemerintah, swasta, mau pun masyarakat perlu bersinergi. Meski tidak berhubungan langsung dengan investor, setidaknya dengan sikap kooperatif dari masyarakat akan menjadikan investor lebih tenang dalam berinvestasi.