Suara.com - Ritual ibadah haji bagi umat muslim di Makkah dimulai. Kemeriahan ini tak hanya dirasakan para jemaah, tetapi juga sanak keluarga dan tetangga. Biasanya, para jemaah ini akan disambut ketika mereka pulang nanti, sekaligus membawakan oleh – oleh berupa air zam-zam. Lantas, bagaimana cara para pengusaha keperluan haji mendapatkan pasokan air zam-zam?
Penyediaan air zam-zam sebenarnya diatur oleh pemerintah. Untuk jemaah haji Indonesia sendiri, mereka akan memperoleh lima liter awal air zam-zam di asrama debarkasi.
Kemudian ada lima liter tambahan air zam-zam yang dapat diambil jemaah di Kantor Kementerian Agama Provinsi setelah jemaah menuntaskan ibadah haji. Di sinilah peran pengusaha keperluan haji. Mereka bekerja sama dengan maskapai penerbangan untuk menjadi distributor air zam-zam.
Melansir NU Online, dari sisi Pemerintah Arab Saudi, mereka juga menyediakan satu liter air Zam-Zam setiap hari kepada setiap jamaah secara cuma-cuma. Dengan sekitar satu juta jamaah haji, minimal setiap harinya didistribusikan 1 juta liter air Zam-Zam. Setiap jamaah mendapatkan jatah tiga botol. Air dalam botol kecil memiliki kepraktisan untuk dibawa ke mana-mana.
Baca Juga: Raisa Kalah, Syahrini Akui Doyan Mandi Pakai Air Zam-Zam: Kulit Jadi Putih
Pada masa lalu, air Zam-Zam didistribusikan dalam galon yang diletakkan di tempat tertentu, sehingga tidak dapat diakses dengan mudah oleh semua jamaah haji. Selain mendapatkan air dalam kemasan botol, jamaah juga dapat minum air Zam-Zam di beberapa tempat umum di Makkah dengan membuka krannya.
Pengemasan air Zam-Zam khusus untuk jamaah haji ini ternyata dilakukan oleh Zamazemah Company, yang berlokasi di daerah Kudai, Makkah. Untuk air Zam-Zam yang dijual, dikelola oleh perusahaan lain. Tak sembarangan orang boleh masuk ke lokasi ini.
Pabrik ini mampu menghasilkan 10 ribu botol. Di sisi ruang produksi, terdapat gudang yang berisi tumpukan tinggi kardus-kardus berisi air yang telah siap didistribusikan.
Pengelolaan air Zam-Zam dilakukan oleh beberapa keluarga yang dari waktu ke waktu diwariskan ke generasi berikutnya; sebagaimana pengelolaan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina yang hingga saat ini dikelola secara turun-temurun dalam maktab-maktab tertentu.
Pada masa lalu ketika teknologi masih sederhana, Zam-Zam disimpan dalam teko atau kendi tradisional Arab yang umumnya berbentuk lancip memanjang. Masing-masing kendi diberi tanda tertentu sebagai representasi keluarga yang melayani kebutuhan air Zam-Zam untuk jamaah haji.
Baca Juga: 10 Potret Masayu Anastasia yang Sering Disebut Oplas, Ternyata Cuci Muka Pakai Air Zam Zam
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni