Kecerdasan Buatan Bikin Boros Pengelolaan Energi di Data Center

Achmad Fauzi Suara.Com
Jum'at, 17 Mei 2024 | 17:18 WIB
Kecerdasan Buatan Bikin Boros Pengelolaan Energi di Data Center
Ilustrasi Data Center/Dok Schneider Electric
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Schneider Electric, perusahaan otomasi energi, mengungkapkan, penggunaan Artifical Intelligence (AI) dalam pengelolaan Data Center akan memakan energi yang besar. Maka dari itu perlu pengelolaan yang lebih komprehensif agar data center hemat energi.

Dalam White Paper berjudul “The AI Disruption: Challenges and Guidance for Data Center Design”, Schneider Electric memperkirakan kontribusi beban kerja Artificial Intelligence (AI) terhadap total konsumsi energi data center akan mencapai 15% hingga 20% pada tahun 2028.

Selain itu, beban kerja AI diperkirakan akan terus beroperasi pada densitas yang sangat tinggi. Hal ini menimbulkan tantangan dalam desain manajemen daya, pendinginan, rak, perangkat lunak dan kapasitas back-up power di data center.

"Disrupsi Artifical Intelligence (AI) di data center akan memunculkan tantangan baru bagi penyedia data center dan colocation, mulai dari lonjakan daya yang lebih besar dari sebelumnya," ujar Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Roberto Rossi yang dikutip, Jumat (17/5/2024).

Peningkatan penggunaan daya akibat penggunaan AI yang semakin luas di data center dan dalam operasional industri akan meningkatkan emisi karbon dan biaya energi jika tidak dikelola dengan cerdas, efisien, dan terintegrasi.

Baca Juga: Jelajahi Masa Depan Digital, 2000+ Profesional Berkumpul di Konvensi Indonesia Cloud & Data Center 2024

Otomasi yang didorong oleh AI dalam manajemen data center, memungkinkan penyedia data center dan colocation mengotomatisasi tugas-tugas rutin, mengurangi beban kerja manual, dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.

Misalnya, pemeliharaan sistem server, analisa prediktif terhadap kinerja dan pemantauan sistem dapat ditangani oleh AI.

 Sementara itu, komponen seperti sistem pendinginan, back-up power, switchgear juga menjadi krusial dalam memastikan keamanan, keandalan dan ketangguhan operasional data center.

Sistem pendinginan harus siap mengatasi risiko overheating pada server akibat peningkatan beban kerja. Liquid cooling menjadi solusi yang tepat untuk mendinginkan klaster AI yang memerlukan lebih dari 20 kW per rak, di mana air cooling tidak cukup efektif.

Pada penyelenggaraan Indonesia Cloud & Datacenter Convention 2024, Schneider Electric menampilkan inovasi solusi yang dapat menjawab berbagai tantangan data center tersebut.

Baca Juga: Indonesia Penghasil Nikel Terbesar Dunia, Harga EV Bisa Turun

Salah satunya, Liquid Cooling yang memberikan manfaat bagi pemilik data center termasuk peningkatan efisiensi hingga 50%, menghilangkan 70-80% panas langsung pada chip / perangkat IT, 95% menggunakan immersive cooling, instalasi yang mudah, pengurangan biaya operasional (OpEx), dan jejak karbon.

Dalam mendukung infrastruktur data center masa depan, Schneider Electric juga bekerja sama dengan NVIDIA dalam mengembangkan desain data center berbasis AI.

Pada tahap awal kerjasama, Schneider Electric dan NVIDIA akan mengembangkan desain untuk mendukung berbagai kebutuhan seperti pemrosesan data, simulasi rekayasa, otomasi desain elektronik, desain obat berbasis komputer (computer-aided drug design), dan AI generatif. Fokus utamanya adalah mendukung distribusi daya yang tinggi, sistem liquid-cooling, dan kontrol yang dirancang untuk memudahkan pengujian dan operasi sistem yang handal untuk klaster dengan densitas tinggi.

"Kerja sama ini melengkapi solusi yang kami sediakan untuk mendukung penyedia data center dan colocation. Schneider Electric sendiri telah lama menjadi mitra dalam transformasi digital untuk efisiensi dan keberlanjutan," pungkas Roberto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI