Kesehatan Mental Orang RI Kian Mengkhawatirkan, Ekonomi Hingga Pekerjaan Jadi Penyebabnya

Jum'at, 17 Mei 2024 | 15:03 WIB
Kesehatan Mental Orang RI Kian Mengkhawatirkan, Ekonomi Hingga Pekerjaan Jadi Penyebabnya
Ilustrasi kesehatan mental (Freepik/Rawpixel)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kesehatan mental orang Indonesia kian tahun makin mengkhawatirkan saja, pasalnya sejak tahun 2018 hingga saat ini datanya terus mengalami peningkatan.

Faktor penyebab masalah ini mulai dari kondisi ekonomi, pekerjaan hingga kondisi keluarga dan lingkungan.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan The University of Manchester, Badan Riset Nasional Indonesia (BRIN), Universitas Brawijaya, serta empat organisasi yang berfokus pada kesehatan mental (Into The Light, KPSI, Ubah Stigma, dan CISDI) melakukan riset kolaborasi tentang prevalensi gangguan mental terutama masalah kecemasan dan depresi yang terus meningkat sejak tahun 2018.

Riset ini didanai oleh NIHR Global Health Research for Sustainable Care for anxiety and depression in Indonesia (Award ID NIHR 134638) dengan menggunakan dana pembangunan internasional dari Pemerintah Inggris untuk mendukung penelitian kesehatan global.

Baca Juga: Tiko Aryawardhana Kerja di Bank Apa? Viral Baju BCL di Acara Kantor Suami Jadi Sorotan

Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI) sekaligus Ketua Peneliti STAND-Indonesia, Herni Susanti menjelaskan, riset ini untuk menemukan solusi yang lebih baik dari masalah kecemasan dan depresi di masyarakat.

"Program riset ini dikenal dengan nama Sustainable Treatment for Anxiety and Depression in Indonesia, atau disingkat STAND-Indonesia," katanya di Jakarta dikutip Jumat (17/5/2024).

Untuk menghadirkan solusi yang lebih baik dari masalah kecemasan dan depresi di Indonesia, program STAND telah dimulai dari tahun 2022 dan dijadwalkan berakhir pada tahun 2026.

Riset ini melibatkan empat provinsi di Pulau Jawa. Secara spesifik, riset ini meliputi enam daerah perkotaan dan enam daerah pedesaan yang berada di Kota Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kota Semarang, serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang sesuai Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

Polemik terberat dari peningkatan angka kecemasan dan depresi di Indonesia adalah dari seluruh individu yang mengalami masalah tersebut, hanya 9% yang mendapatkan pengobatan di pelayanan kesehatan.

Baca Juga: Kota Taipei, Kota Cerdas Berkelanjutan yang Membawa Peluang Bisnis Hijau ke Indonesia

"Hal yang harus kita sadari adalah bahwa kondisi kecemasan atau depresi dapat dibantu, tetapi sebaliknya kondisi kecemasan atau depresi dapat mengakibatkan penurunan produktivitas hingga kejadian kejadian bunuh diri bila tidak ditangani," ujarnya.

Hingga tahun 2021, tercatat bahwa jumlah tenaga profesional yang dapat memberikan perawatan kesehatan jiwa masih sangat minim di Indonesia.

"Oleh karena itu, fokus dari riset ini adalah mengembangkan sebuah model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana bagi individu dengan cemas dan depresi yang dapat diberikan oleh kader yang terlatih," ucapnya.

Program riset ini meliputi 5 tahapan yang kompleks, sehingga selain membuahkan sebuah model perawatan bagi orang dengan kecemasan dan depresi, hasil riset juga dapat digunakan sebagai basis data dari Provinsi Jawa.

Pada tahun 2023, telah dilakukan tahap pertama yaitu suatu survei rumah tangga pada 19.236 individu dari 4 provinsi di Pulau Jawa. Didapatkan data angka depresi sebesar 4,42% dan angka kecemasan teridentifikasi sebesar 5,68%.

Prevalensi depresi dan atau kecemasan di Jawa Timur (Kabupaten Malang dan Jombang) menunjukkan angka yang lebih tinggi (8,79%), diikuti oleh Jawa Tengah (Kota Semarang dan Kab. Magelang) (7,86%). Temuan lainnya juga didapatkan data dari 1.480 orang yang teridentifikasi mengalami depresi dan atau kecemasan hanya 338 orang (22,9%) yang mencari perawatan kesehatan mental.

"Tahap kedua berupa studi wawancara yang melibatkan 140 partisipan, terdiri dari pasien, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader, tenaga kesehatan profesional, dan 27 partisipan tokoh nasional," katanya.

Tim peneliti STAND-Indonesia, Hasbullah Thabrany menambahkan, pada 2024, tim peneliti secara aktif sedang melakukan tahap ketiga dan keempat untuk uji coba Model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana di 4 provinsi.

"Tujuan utama dari riset ini adalah untuk menghasilkan sebuah model perawatan berbasis masyarakat yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami cemas dan depresi. Diharapkan model ini akan menyediakan manajemen yang lebih baik untuk cemas dan depresi, serta mampu menurunkan angka perburukan kondisi dan mencegah masalah kejiwaan lebih lanjut di masyarakat," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI