Suara.com - Komunitas SBCC (Sustainable Buildings, Cities & Communities) didukung oleh Asosiasi Rumah Modular Indonesia (ARMI) dan Kementerian PUPR, menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema ‘Light Steel Based Modular House: Eco-Friendly, Energy & Cost Efficient, Strong, Light, Fast, Cooler’ di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (15/5).
Founder SBCC, Beta Paramita mengatakan, FGD bis menjadi langkah untuk mencegah dampak kerusakan lingkungan imbas perkembangan lingkungan binaan di Indonesia.
Menurut laporan Bank Dunia dampak Urban Heat Island, terutama bila dipertimbangkan bersamaan dengan perubahan iklim, merupakan ancaman serius dan semakin besar terhadap daya saing, kelayakan huni, dan inklusivitas kota-kota di Asia Timur.
"Yang mengkhawatirkan, kota-kota di Indonesia, Malaysia, dan Filipina terkena dampak UHI yang paling parah dengan rata-rata suhu permukaan tanah (Land Surfaces Temperature/LST) hingga 6,6 derajat Celcius lebih hangat dibandingkan daerah pedesaan di sekitarnya," ujarnya yang dikutip, Jumat (17/5/2024).
Baca Juga: Prospek Bisnis Properti Cerah, Minahasa Hebat Bidik Pendapatan Naik 34% di 2024
Beta menurturkan, menurut data Program Lingkungan PBB (UNEP) diperkirakan 40% dari konsumsi energi dan sekitar 30% emisi gas rumah kaca dihasilkan dari lingkungan binaan. Pembangunan perumahan merupakan salah satu contohnya.
Padahal perumahan adalah tipologi arsitektur beragam yang konfigurasinya ditentukan tidak hanya oleh mereka yang merancangnya tetapi juga oleh pemanfaatan orang-orang yang tinggal di dalamnya.
Rumah yang dibangun saat ini tidak akan sama dengan rumah yang dibangun besok, sehingga perlu adanya pendekatan kritis dan mendalam terhadap perannya dalam lingkungan binaan.
"Oleh karena itu, perumahan modular telah menjadi lahan subur untuk mengeksplorasi dan memperdalam cara menghuni ruang dan memenuhi kebutuhan manusia," jelas Beta.
Sementara Ketua Umum ARMI, Nicolas Kesuma menerangkan, rumah modular adalah rumah dengan konstruksi bangunan khusus yang terbuat dari material rakitan pabrik.
Baca Juga: Bidik Potensi Industri Properti di Cirebon, BTN Relokasi Kantor Cabang
Rumah modular dibangun dengan cara yang berbeda dari rumah biasa. Komponen seperti dinding, jendela dan pintu, dan atap sudah diproduksi terlebih dahulu sehingga nantinya hanya tinggal dirakit (assembly) di lokasi konstruksi tanpa menyisakan limbah.
Jenis konstruksi ini biasanya 50% lebih cepat dan membutuhkan bahan hingga 50% lebih sedikit sehingga menghasilkan efisiensi biaya 50% dibandingkan konstruksi konvensional atau tradisional.
"Teknologi baru telah memungkinkan bangunan atau rumah modular dibangun lebih besar, lebih tinggi, dan dalam banyak desain. Unit dapat dikirim keseluruh negeri dan dirakit di lokasi dalam hitungan hari. Rumah modular Ini dibangun menggunakan sistem yang melibatkan proses berurutan yang kini menggunakan teknik modern seperti pemodelan digital 3D, sehingga memungkinkan adanya perencanaan awal untuk membuat proses lebih efisien," imbuh dia.
Nicolas menambahkan, jika ditinjau dari kebutuhan pembangunan rumah di Indonesia yang terus meningkat, terutama yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, rumah modular berstruktur baja ringan (steel frame) adalah satu pilihan yang tepat.
Pasalnya, selain hemat energy pada operasional dan hemat biaya, rumah modular berstruktur baja ringan juga kuat, ringan, cepat dalam pembangunan, lebih sejuk, rendah jejak karbon dan ramah lingkungan.
"Kebutuhan rumah modular berstruktur baja ringan ini juga dapat dipenuhi oleh industry baja nasional yang mana akan memberikan nilai TKDN yang cukup tinggi dan akan meningkatkan utilisasi produksi yang pada akhirnya menggerakkan roda ekonomi sesuai tujuan SDGs," pungkas dia.