Suara.com - Bagi Tony Wenas, bermain musik bukan sekadar aktivitas menyenangkan dengan alat musik. Bagi dia, bermusik adalah bagian esensial dari kehidupannya sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI).
Baginya, musik bukan lagi sekadar hobi, melainkan telah menjadi bagian dari profesinya. Hal ini karena Tony melihat banyak kesamaan antara bermusik dan mengelola perusahaan tambang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, Tony selalu menerapkan prinsip bahwa memimpin perusahaan mirip dengan memimpin sebuah band.
"Dalam peran saya sebagai pemimpin band, saya harus mengatur setiap personel, menentukan kapan mereka harus mendominasi, dan kapan mereka harus memberi ruang kepada yang lain untuk menciptakan harmoni dalam satu kesatuan band. Konsep ini saya terapkan juga dalam mengelola perusahaan," ujarnya seperti yang dilaporkan pada Rabu (17/4/2024).
Tony telah aktif di dunia musik sejak menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) pada tahun 1980. Kecintaannya pada musik membawanya bersama rekan-rekannya membentuk band Solidaritas 80 FHUI atau yang lebih dikenal dengan nama Solid 80.
Baca Juga: Kapasitas 50 Ton per Tahun, Indonesia Siap Produksi Emas Batangan Secara Mandiri
Tidak disangka, semangat dan solidaritas mereka dalam bermusik bersama telah bertahan selama 41 tahun. Grup yang awalnya dibentuk untuk mengikuti festival kampus, hingga saat ini masih sering membawakan lagu-lagu hit dari grup musik rock seperti Queen.
"Dulu Solid 80 itu selalu membawakan lagu Queen sekitar 30 persen. Selebihnya lagu lain dan lagu sendiri. Tapi berjalannya waktu, audiens (mayoritas) minta kami membawakan lagu Queen. Lagu favorit saya adalah Bohemian Rhapsody," ujar Tony, beberapa saat lalu.
Lebih dari sekadar bermusik, Tony menganggap perannya dalam perusahaan mirip dengan menjadi figur orangtua bagi serikat pekerja dan tim manajemen. Seperti seorang orangtua bijak, Tony tidak memihak pada satu pihak pun, baik serikat pekerja maupun tim manajemen.
"Biarkan mereka bernegosiasi dalam perjanjian kerja sama, sebagai figur orangtua, saya akan menilai dengan bijak," katanya.
Tony mengakui menerapkan semboyan dari Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Artinya, sebagai pemimpin, ia harus memberi contoh saat berada di depan, bisa mendampingi di tengah, dan memberi semangat di belakang bagi para karyawan.
Baca Juga: Porsi Bertambah, Pemerintah Mau Kuasai 61% Saham Freeport
Tony Wenas lahir pada 8 April 1962. Sejak Desember 2018, ia menjabat sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, perusahaan tambang tembaga terbesar di dunia.
Prestasinya di dunia pertambangan mencakup jabatan sebagai Presiden & CEO PT Vale Indonesia (2010-2011), Country Head Intrepid Mines Ltd - Indonesia (2012-2014), dan Presiden PT Berkat Resources Indonesia (2014-2015).
Selain itu, Tony aktif dalam berbagai organisasi seperti Indonesian Mining Association (IMA), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), The Nature Conservancy (TNC), Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) (2010-2012).
Tony juga berperan dalam upaya pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) 2030 dengan mengoperasikan alat berat untuk operasi tambang secara remote di tambang bawah tanah serta menggunakan kereta listrik dengan emisi nol untuk pengangkutan bijih.
Menurut Tony, tambang PTFI masih memiliki banyak cadangan mineral yang dapat diolah hingga tahun 2041. Baginya, konservasi pertambangan adalah mengoptimalkan manfaat dari perubahan bentang alam sehingga memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.
"Negara bisa mendapatkan Rp 4 miliar dollar Amerika Serikat (AS) per tahun. Masyarakat akan bisa menikmati program kita juga. Tenaga kerja 30.000 orang di PTFI akan terus bergulir," ujar dia.
Sebagai informasi, PTFI sejak 1974 telah melakukan perjanjian dengan masyarakat sekitar untuk tumbuh bersama-sama. "Kepedulian terhadap masyarakat ini sudah ada sejak berdirinya Freeport Indonesia. Saya meyakini bahwa, di manapun saya berada harus memberi nilai tambah bagi masyarakat," sambung Tony.