Suara.com - Euforia masyarakat terhadap olahraga sepak bola tampaknya membuat konglomerat Indonesia tertarik menanam modal tak hanya klub sepakbola lokal namun juga internasional. Kiprah para pengusaha Indonesia yang mempunyai klub sepakbola di luar negeri, utamanya di Eropa ini pun ramai jadi pembahasan. Siapa saja pengusaha Indonesia pemilik klub bola luar negeri?
Klub bola luar negeri yang dimiliki pengusaha Indonesia bisa menjadi peluang bagi para pemain Indonesia untuk bermain ke luar negeri. Sehingga pengalaman dan skill pemain Liga 1 Indonesia bisa berkembang dengan mendapat pelajaran baru di luar negeri.
Hal ini didukung dengan performa pemain Indonesia yang terus meningkatkan prestasinya. Sehingga peluang bermain keluar negeri menjadi terbuka lebar. Klub bola asing milik pengusaha Indonesia bisa menjadi batu loncatan untuk karier pemain Liga 1.
- Baca juga: Keluarga Hartono Jadi Orang Terkaya di Seri A, Kalahkan Pemilik Fiorentina Hingga Juventus
- Baca juga: Kisah Pengusaha Rokok Sukses Jalankan 'Proyek' Como 1907, Garuda Select dan Bulu Tangkis
Pengusaha Indonesia Pemilik Klub Bola Luar Negeri
Dirangkum dari berbagai sumber, inilah deretan pesohor Indonesia yang tercatat sebagai pemilik klub bola luar negeri:
Baca Juga: Daftar Orang Kaya RI yang Memiliki Klub Sepak Bola di Luar Negeri Selain Hartono Bersaudara
1. Erick Thohir
Menteri BUMN dan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir memang tercatat memiliki minat besar pada bidang olahraga, khususnya sepak bola. Memiliki latar belakang pengusaha, Erick Thohir pernah menanam modal di sejumlah klub.
Pada 2023 lalu, Erick bekerja sama dengan Anindya Bakrie untuk mengakuisisi klub sepak bola Inggris, Oxford United. Erick dan Anindya sebelumnya sudah memiliki saham klub yang saat ini berlaga di League One atau setara dengan divisi tiga Inggris itu sejak tahun 2018.
Akan tetapi, saham yang dimilikinya memang tidak sebanyak Sumrith 'Tiger' Thanakarnjanasuth yang telah menguasai sebanyak 51%. Nah, Erick dan Anindya merasa selama tiga tahun ini Oxford memiliki peluang cukup besar untuk menaikkan profil keduanya sebagai seorang pengusaha dari Asia.
Oleh sebab itu, seperti dikutip Daily Mail, pada akhir Maret 2023, keduanya mengajukan penawaran terhadap Sumrith untuk membeli seluruh saham yang ditanaman di Oxford.
"Kita tunggu saja tanggal mainnya, karena semua ini kan ada proses. Tapi memang dari awal kita percaya akan potensi Oxford United untuk naik kelas ke Divisi Championship," ungkap Anindya.
Baca Juga: Siapa Mbah Trimo? Pria Rambut Putih Wakafkan Masjid Rp 80 M dan 12 SPBU ke Muhammadiyah
Begitu pula Erick, ia tak main-main dalam 'bermain' pada bisnis sepakbola, jauh sebelum didapuk menjadi tangan kanan Presiden Joko Widodo. Diketahui, Erick juga pernah menjadi Presiden klub sepakbola raksasa asal Italia, Inter Milan.
Masa itu terjadi pada 2013, dimana Erick membeli 70% saham Inter bersama dengan Rosan Roeslani dan Handy Soetedjo. Sejak itu Erick menjadi pemegang saham terbesar di Inter. Tak lama setelah itu, ia secara resmi menduduki kursi presiden Nerazzurri sejak 15 November 2013.
Dia menggantikan posisi presiden sebelumnya, Massimo Moratti. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ketua umum PSSI itu menjual sahamnya dan akhirnya jabatannya di Inter Milam dipindah tangankan kepada Steven Zhang dari Sunning Holdings pada tahun 2018.
Selain di luar negeri, Erick juga aktif di klub bola lokal, bersama Kaesang Pangarep. Dia menjadi petinggi klub Persis Solo.
2. Budi Hartono
Selain Erick Thohir dan Anindya Bakrie, Robert Budi Hartono yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia pun rupanya memiliki klub sepak bola di luar negeri. Budi Hartono tercatat membeli saham klub kecil di Italia, bernama Como 1907.
Seperti yang diberitakan, ia membeli saham klub asal Eropa ini melalui Sent Entertainment Ltd, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media dan hiburan yang berdomisili di Inggris. Budi Hartono sendiri adalah pemilik perusahaan rokok kretek Djarum sekaligus orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan mencapai Rp 461 triliun.
"Kita beli nggak sampai Rp 5 miliar. Istilahnya nebus di pegadaian. 1 Juli kemarin nggak punya pemain sama sekali. Aset yang nggak keurus kita poles lagi," ungkap Mirwan Suwarso, perwakilan Mola TV yang merupakan usaha milik Djarum.
Meski sempat dinyatakan bangkrut dan berada di level bawah kompetisi Liga Italia, kini Como 1907 resmi promosi ke kompetisi kasta tertinggi Italia, Serie A, pada musim depan. Tim asuhan Osian Roberts tersebut dipastikan akan tampil di kasta tertinggi setelah meraih hasil imbang di laga pamungkas.
3. Bakrie Group
Perusahaan raksasa asal Indonesia, Bakrie Group menjadi salah satu pemilik klub sepakbola asal Australia, bernama Brisbane Roar. Klub yang berbasis di Queensland tersebut dikuasai oleh Bakrie Group sejak Oktober 2011 silan, yang saat dibeli sebesar 70 persen saham klub.
Sementara pada Februari 2012, Bakrie Group mengakuisisi sebesar 30 persen saham yang tersisa. Hal ini lantas menjadikam mereka pemilik klub bola Brisbane Roar sepenuhnya. Pada 2023 kursi Chairman diduduki oleh Rahim Soekasah.
Selama berada di bawah pimpinan Bakrie Group, Brisbane Roar pernah menjadi juara A-League pada tahun 2014 dan turut berpartisipasi pada Liga Champions Asia. Akan tetapi dalam 2 musim terakhir, prestasi Brisbane Roar dikabarkan merosot tajam. Musim lalu saja, mereka hanya bisa finis di posisi 9 dari 10 klub peserta liga.
Tak hanya peforma pemain yang menurun, Brisbane juga dikabarkan pernah dilanda masalah finansial. Akan tetapi saat ini sudah tidak diketahui lagi apakah Bakrie Group masih menjadi pemilik dari klub sepakbola asal Australia tersebut. Selain Brisbane Roar, Bakrie Group juga sempat memiliki klub sepakbola lain yang bermarkas di Belgia, yakni Cercle Sportif Vise.
Klub yang berbasis di Vise, sebuah kota kecil di timur Belgia ini, bahkan sempat menjadi pembicaraan di kancah sepakbola nasional. Hal ini karena sejumlah pemain muda Timbas pernah bermain di sana.
Beberapa di antaranya yaitu Syamsir Alam, Alfin Tuasalamony, hingga Yandi Sofyan. Banyaknya pemain Indonesia yang bermain di sana disebut akibat pengaruh dari Bakrie Group yang saat itu memimpin CS Vise.
Tak seperti Brisbane Roar, Sportif Vise tercatat tidak memiliki prestasi mentereng sejak diakuisisi pada tahun 2011. Hingga pada akhirnya di bulan Mei 2014, Bakrie Group secara resmi melepas kepemilikan mereka di klub ini kepada salah satu investor lokal.
4. Wanandi Bersaudara
Satu lagi konglomerat Indonesia yahg terjun di sepakbola Eropa, yaitu Santini Group. Adapun group ini dimiliki oleh Keluarga Wanandi yang membeli saham klub Inggris, Tranmere Rovers.
Tranmere yang berkiprah di League One, berada dua tingkat di bawah Premier League. Mereka mengumumkan pembelian saham klub oleh Santini Group tersebut, pada Rabu (4/9/2019) lalu. Grup ini dimiliki oleh tiga bersaudara asal Indonesia, yakni Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi.
Santini Group sendiri merupakan induk usaha asal Indonesia yang mempunyai jenis usaha di bidang peralatan otomotif, infrastruktur, pengembangan properti, sumber daya alam, dan jasa. Perusahaan tersebut pertama kali dibentuk oleh Sofjan Wanandi pada tahun 1994.
Demikian 4 pengusaha Indonesia pemilik klub bola luar negeri. Semoga informasi ini bermanfaat!
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari