Suara.com - Keputusan Elon Musk, Chief Executive Officer (CEO) Tesla Incorporation, produsen mobil listrik atau Electric Vehicle (EV) untuk lay-off atau memberhentikan alias Putus Hubungan Kerja (PHK) karyawan membuat khalayak bertanya-tanya.
Di satu sisi, produk EV buatan Amerika Serikat dan Eropa memang tengah mendapatkan gempuran dari para produsen Tiongkok. Akan tetapi di sisi lain, Elon Musk yang memiliki jabatan sama di sektor transportasi angkasa luar SpaceX, Boring Company, dan sederet perusahaan teknologi berhasil membawa berbagai brand mobil listrik di Amerika Serikat menggunakan stasiun pengisian baterai listrik Tesla Supercharger.
Ironisnya, bagian perusahaan Tesla yang terkena PHK dimulai dari divisi Tesla Supercharger, departemen yang berjaya dan mestinya memiliki masa depan cerah secara akan menangani banyak brand EV untuk melakukan pengisian ulang baterai.
Dikutip dari Hindustan Times, Elon Musk mengumumkan bahwa perusahaan akan mengurangi tenaga kerja lebih dari 10 persen. Dampaknya akan terasakan di berbagai departemen termasuk rekrutmen, pemasaran, dan tim Tesla Supercharger.
Baca Juga: Indonesia Penghasil Nikel Terbesar Dunia, Harga EV Bisa Turun
Uniknya, salah satu mantan karyawan Tesla dari departemen Tesla Supercharger tidak menjadi muram saat ditanyai pendapatnya terkait pemecatan yang dialaminya. Ia bahkan menyatakan, "Perusahaan milik Elon Musk telah memberikan sentuhan keajaiban, saya akan mengenang masa-masa bekerja di Tesla dengan penuh rasa cinta."
Mengapa bisa begitu?
Mantan karyawan yang memilih menggunakan sapaan anonim ini menandaskan, memang tidak pernah ada cara yang baik untuk mengakhiri suatu relasi. Akan tetapi, Tesla telah memberikan sebuah kebanggaan, dan ia puas atas pencapaiannya.
"Bagaimana Tesla tidak menjual keajaiban bila produknya kini adalah robotaxi atau taksi robot serta kendaraan otonom atau tanpa driver. Memang saya bergabung dengan daftar para pekerja yang kini menyematkan hashtag#Teslalayoffs alias kaum yang diberhentikan Tesla, akan tetapi diri ini punya kebanggaan," papar lelaki yang bekerja sebagai insinyur integrasi software Tesla sekira satu tahun sembilan bulan.
"Bisa kok, saya mengingat kembali masa-masa kerja di Tesla dengan penuh cinta. Saya malahan belum sempat curhat, betapa beruntungnya pernah bergabung dengan Tesla sampai masa penghentian kerja terjadi," paparnya.
Baca Juga: ESDM-Eramet Jalin Kemitraan, Lengkapi Rantai Pasokan Material Baterai EV Indonesia?
"Bagaimana pun, Tesla memberikan masa depan. Kami yang bergabung dalam bidang engineering serta teknologi menuju ke arah dunia futuristik, yang cepat atau lambat akan terjadi seiring masa. Lihat saja produk Tesla, mulai yang serba otonom serta robot, itulah yang disodorkan kepada kami: masa depan," ujarnya.
"Kami para insinyur ini ibaratnya dijual sebagai janji masa depan. Perusahaan mengajarkan nilai-nilai kebulatan tekad dalam dunia penuh masalah di mana belum tentu satu orang pun mengerti cara menyelesaikannya. Tesla menjual ciptaan, bukan suatu kehancuran," kata sang mantan pegawai.
"Coba saja pikirkan, perusahaan memiliki layanan pendaratan di bulan, kemudian mobil yang dijual dan diparkir di garasi juga dipenuhi teknologi masa depan. Inilah yang disebut Tesla memiliki kemampuan menjual visi yang membawa orang-orang ke masa mendatang, dan bukannya meninggalkan mereka di belakang atau tidak terkoneksi dengan teknologi," tandasnya.
Sebuah pemikiran keren, yang mungkin tidak masuk dalam benak karyawan atau mantan karyawan lainnya. Mantan karyawan Tesla ini memiliki keyakinan, nasibnya tidak akan lebih memburuk lagi. Tesla telah memberikan semacam pembekalan mental.
"Saya akan meluangkan waktu untuk mengatur ulang kebutuhan hidup, lalu bersiap untuk upaya berikutnya. Saya sudah jatuh cinta dengan software manufaktur dinamis dalam mengejar masa depan yang bisa kita banggakan. Saya yakin masih ada keuntungan besar yang bisa diperoleh di sektor ini jika mencari kerja dengan keahlian di bidang manufaktur," tuturnya.
"Tidak pernah saya lupakan bahwa saya bekerja bersama seseorang yang telah mengimplementasikan dan mendukung software secara dinamis di lingkungan dalam skala yang mengesankan. Dan cara kami memecahkan masalah atau kendala teknis tidak jarang dilakukan mantan boss dengan mengajak sarapan, serta kalimat "Ayo kita ngobrol", begitu sederhana dan jauh dari kesan intimidatif," pungkasnya.