Suara.com - Sepatu dengan jenama “Bata” tentu tak asing terdengar. Bata adalah jenama sepatu tenar di Indonesia. Bahkan kerap dikira jenama lokal. Lantas, apakah benar pendiri Bata adalah orang asli Indonesia?
Sejatinya pendiri sepatu Bata berasal dari orang asal Republik Ceko bernama Tomas Bata. Dulunya dia sempat dijuluki “Raja Sepatu” di Ceko.
Adapun nama lengkap perusahaan sepatu tersebut adalah T&A Bata Shoe Company dan terdaftar di Zlin, Republik Ceko. Dalam mendirikan perusahaannya, Thomas tak sendirian. Ada kedua saudaranya yang ikut membantu yaitu Anna Bata dan Antonin Bata.
Mereka bertiga adalah generasi kedelapan keluarga Bata yang terkenal sebagai pembuat sepatu. Perusahaan yang didirikan pada 1894 itu, punya gedung pertamanya di Zlin, Ceko.
Baca Juga: Bata Diingatkan Bayar Hak Pekerja Setelah Tutup Pabrik
Mulanya hanya membuat sepatu buatan tangan dari kulit dan kanvas. Lalu menjualnya ke penduduk setempat dengan harga terjangkau serta kualitas tak kaleng-kaleng.
Saat Perang Dunia I, permintaan sepatu tentara meledak. Bata menerima pesanan 50.000 lebih sepatu tentara Austro-Hongaria.
Akhirnya sepatu Bata kian menyebar ke benua Eropa seperti Jerman, Belanda dan Inggris. Pada 1931, Bata membuka pabrik di Kanada. Setahun kemudian, membuka pabrik di Syracuse, New York.
Sayangnya, kala Perang Dunia II, keluarga Bata terpaksa meninggalkan Ceko. Mereka pindah ke Swiss dan Kanada.
Meski demikian, sepatu Bata terus menggurita ke benua lain yakni Asia dan Afrika. Selain sepatu, Bata juga menambah varian produk berupa aksesoris dan tas.
Baca Juga: Tutup Pabrik, Ternyata Kondisi Keuangan Keuangan BATA Tak Baik-baik Saja
Kini, kantor pusat Bata terletak di Swiss dengan kantor cabang tersebar lebih dari 70 negara.
Masuk Indonesia
Bata mulanya mendirikan pabrik di Indonesia pada 1939 di bawah naungan PT Sepatu Bata Tbk. Bata bekerjasama dengan pihak importir Netherlandsch-Indisch di Tanjung Priok.
Status Bata termasuk perusahaan asing di Indonesia pada 1978 sehingga ada larangan menjual produk secara langsung di pasar. Akhirnya Bata menyusun strategi dengan hanya menjual ke penyalur khusus dengan sistem konsinyasi.
Enam tahun kemudian, Bata mendirikan pabrik di tengah perkebunan karet wilayah Kalibata, Jakarta Selatan. Produksinya mulai pada 1940.
Sejak 1982, perusahaan tersebut sudah terdaftar sebagai emiten berkode BATA di Bursa Efek Indonesia. kemudian merampungkan konstruksi pabrik di Purwakarta pada 1994.
Sayangnya kabar duka pun datang. Pada 30 April 2024, Bata terpaksa mengambil langkah penutupan pabriknya di Purwakarta. Sebab perusahan itu telah kehilangan banyak permintaan pelanggan sejak pandemi Covid-19.
Sebelumnya pada 2021, Bata sempat menutup sejumlah gerai untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Diketahui 2020 lalu, kerugian Bata menanjak hingga Rp177,76 miliar.