Suara.com - Penguatan nilai tukar rupiah (IDR) hari ini, menurut Lukman Leong, seorang analis pasar mata uang, disebabkan oleh data Non-Farm Payroll (NFP) dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur ISM Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.
Pada Jumat (3/5/2024) lalu, diketahui bahwa angka aktual PMI Manufaktur ISM AS untuk bulan April 2024 hanya mencapai 49,2, yang lebih rendah dari perkiraan sebesar 50,0 atau dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 50,3.
Hal yang sama terjadi pada data NFP untuk bulan April 2024, yang hanya mencapai 175 ribu, lebih rendah dari perkiraan sebesar 238 ribu atau dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 315 ribu.
“Rupiah diperkirakan akan dibuka datar dengan kecenderungan menguat terbatas terhadap dolar AS yang melemah setelah keluarrnya data ekonomi AS yang lebih lemah pada hari Jumat (3/5), yaitu NFP dan ISM,” ungkapnya ketika ditanya Antara, Jakarta, Senin (6/5/2024).
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Masih Anjlok Terhadap Dolar AS Pagi Ini
Ia menambahkan, angka NFP dan ISM yang lebih lemah dari prediksi disebabkan oleh kebijakan suku bunga tinggi Federal Reserve (The Fed).
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank pada Senin pagi menguat 98 poin atau 0,61 persen menjadi Rp15.985 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.083 per dolar AS.
Menurut dia, investor sedang menantikan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2024 yang akan dirilis pada siang ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Angka PDB diperkirakan akan terkontraksi sebesar 0,9 persen.
“Ini (data PDB yang terkontraksi) akan menekan rupiah,” kata Lukman.
Baca Juga: 2 Penyebab Rupiah Sulit Bangkit, Salah Satunya Modal Investor Kabur dari RI