Suara.com - Kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) para pekerja produsen mobil listrik atau Electric Vehicle (EV) Tesla Incorporation untuk sektor pengisian ulang baterai menyisakan tanda tanya.
Pasalnya karena Tesla Supercharger atau stasiun pengisian ulang kendaraan listrik Tesla mencetak sukses.
Sebagaimana dikutip dari Business Insider, sederet produsen EV mengadopsi teknologi pengisian daya Tesla.
Antara lain Ford Motor Company, General Motors, Rivian, dan banyak lagi akan bergabung.
Mereka akan mengadopsi konektor pengisian daya Tesla, dan pelanggannya akan mendapatkan akses ke jaringan Tesla Supercharger.
Keikutsertaan para pelaku bisnis EV ini sudah terlihat pada pemungkas 2023, di saat hampir setiap produsen mobil besar mengumumkan rencana untuk mengadopsi North American Charging Standard atau Standar Pengisian Daya Amerika Utara.
Ini adalah kemenangan besar bagi Tesla dan kepercayaan atas produk Tesla Supercharger milik Elon Musk sebagai yang terbaik. Ia akan membantu seluruh industri kendaraan listrik–bukan hanya Tesla–berkembang.
Akan tetapi semuanya seolah berbalik drastis, ketika Tesla memberhentikan sebagian besar tim pengisian dayanya, yang berdampak terhadap sekira 500 karyawan.
Langkah yang ditempuh Elon Musk ini membuat konsumen, kontraktor, dan bahkan produsen otomotif yang baru bermitra jadi pusing memikirkan masa depan.
Baca Juga: Elon Musk Bisnis di Indonesia Lewat Starlink, Menko Marves Janjikan Ini
Berdasar data dari Departemen Energi, jaringan Tesla Supercharger memiliki nilai sampai 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp 1,596 trilliun.