Mobil Listrik Tiongkok Ancam Volkswagen, Tesla Tetap Berjaya

Kamis, 02 Mei 2024 | 18:10 WIB
Mobil Listrik Tiongkok Ancam Volkswagen, Tesla Tetap Berjaya
All-New BYD e6 Electric, salah satu produk produsen mobil listrik BYD Tiongkok [BYD India].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Electric Vehicle (EV) atau mobil listrik buatan Tiongkok terbukti menjadi duri bagi sederet pabrikan Eropa.

Dikutip dari Fortune, situasi ini tercermin dalam penurunan pendapatan sebesar dua digit yang dialami brand ternama Eropa, yaitu Volkswagen dan Mercedes-Benz, serta penurunan pendapatan sebesar 12 persen yang dialami Stellantis--aliansi sederet brand Eropa dan Amerika Serikat, yang terdiri dari Abarth, Alfa Romeo, Chrysler, Citroën, Dodge, DS, Fiat, Jeep, Lancia, Maserati, Opel, Peugeot, Ram, and Vauxhall.

Para produsen mobil terkemuka Eropa tadi mesti menerima penurunan pesanan dan penurunan pendapatan sampai dua digit. Sambil berjaga-jaga menghadapi pertumbuhan profitabilitas produk EV mereka di masa depan.

Pendapatan trio produsen Eropa, yaitu Mercedes-Benz, Volkswagen, serta Stellantis mencapai total 208 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp 4,531 triliun. Beberapa analis menyimpulkan bahwa industri otomotif di Barat sedang berada di tengah-tengah penurunan yang signifikan.

Penurunan harga saham masing-masing grup pada hari Selasa (30/4/2024) mengurangi penilaian kolektif mereka sebesar 13 miliar dolar AS atau setara Rp 210,392 miliar.

Stellantis mesti korban terbesar, dengan penurunan nilai lebih dari 8 persen di perdagangan pra-pasar Amerika Serikat karena produsen mobil ini mengalami penurunan pendapatan yang mengejutkan. Akan tetapi, baik Volkswagen serta Mercedes-Benz juga mengalami kesulitan pasar di Eropa.

Merosotnya pendapatan para produsen mobil ini muncul di tengah meningkatnya ancaman dari luar negeri, akibat perang harga di beberapa pasar yang dipicu oleh Tesla Incorporation, dan BYD, salah satu dari pabrikan besar asal Tiongkok.

Akan halnya Tesla Incorporation, meski pun perusahaan mobil listrik yang dikomandani CEO Elon Musk ini mengalami penurunan laba, Tiongkok justru terbukti menjadi bahan bakar roket bagi perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki pabrik Gigafactory di Jerman dan Shanghai, Tiongkok.

"Tesla juga melaporkan penjualan yang lemah dan laba yang berkurang secara drastis dibandingkan tahun lalu untuk kuartal pertama. Namun harga sahamnya melonjak 15 persen pada Senin (29/4/2024) setelah mengumumkan kerja sama dengan raksasa teknologi Tiongkok, Baidu untuk menyediakan teknologi full self-driving, yang mana bisa menjadi pendorong pendapatan besar bagi perusahaan EV itu," demikian analisa Kathleen Brooks, direktur penelitian di XTB.

Baca Juga: Perempuan di Bisnis Pariwisata: Terhambat Ketidaksetaraan Gender dalam Struktur Sosial

"Tiongkok adalah pasar yang penting bagi Tesla, dan meski pun penjualannya di Eropa dan Amerika Serikat melambat, fokusnya kini tertuju pada pertumbuhan di Tiongkok," lanjutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI