Selain itu, prinsip “Tretan dhibi” yang berarti “saudara sendiri” juga jadi faktor yang menguatkan mereka untuk membuka usaha. Prinsip ini mewajibkan para perantau dari Madura untuk saling membantu antar sesama etnis Madura ketika dalam perantauan.
Contoh kegiatan saling bantu yang mereka lakukan ialah membuat etalase pada supplier yang membuatkan etalase pemilik warung Madura lainnya, membeli bensin dan barang-barang yang dijual dari agen yang sama, dan sebagainya.
Faktor jalur distribusi yang efisien dan jaringan yang kuat dengan pemasok inilah yang membuat harga barang yang dijual di warung Madura lebih murah.
Alasan buka 24 Jam
Salah satu ciri khas dari warung Madura adalah toko yang terus buka 24 jam. Hal ini bukan dilakukan tanpa sengaja.
Kebijakan buka 24 jam ini sejalan dengan prinsip “Tutupnya kalau hari kiamat, tapi buka setengah hari” yang meskipun terkesan sebagai suatu candaan, namun sebenarnya menunjukkan budaya dedikasi kerja mereka.
Lebih lanjut, kebijakan ini juga merupakan cara warung Madura membantu masyarakat yang membutuhkan membeli barang tertentu ketika toko lain belum buka.
“Tujuannya untuk menolong orang yang kebetulan membutuhkan. Misalnya ketika tengah malam atau ketika hendak berangkat ke kantor kehabisan bensin,” tulis peneliti dalam jurnal ilmiah.
Walau saat ini ada begitu banyak toko ritel dengan berbagai merek beserta hadirnya toko online, tak langsung membuat warung Madura redup begitu saja. Warung Madura tetap eksis seiring dengan perkembangan zaman, membantu masyarakat yang membutuhkan.
Baca Juga: MenKopUKM Tegaskan Tidak Ada Kebijakan Batasi Jam Operasional Warung Rakyat
Semangat pantang menyerah dan giat bekerja yang ditunjukkan orang Madura dalam mengelola usaha berbasis kekerabatan inilah yang membuat usaha warung Madura tak pernah padam dan saat ini sudah menyebar hampir di seluruh daerah Indonesia.