Suara.com - Bumi bukan hanya milik generasi saat ini, tapi juga generasi mendatang. Maka, menjaga dan merawat Bumi adalah tanggung jawab kita bersama sebagai umat manusia. Agar mampu mewujudkannya, nilai-nilai kemanusiaan harus menjadi fondasinya.
Nilai-nilai ini bersifat abadi dan universal, tidak terikat oleh waktu dan tempat. Kepedulian terhadap sesama dan lingkungan merupakan perwujudan dari nilai-nilai tersebut. Jadi, sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi lingkungannya.
Demikian benang merah dari Earth Day Festival 2024 yang diselenggarakan oleh Center for Environment, Disaster Resilience, and Sustainability (CEDRS), President University (Presuniv), berkolaborasi dengan PT Nippon Steel Chemical and Material Indonesia (NSCMI).
Festival kali ini mengusung tema We Share, We Care: Sustainability Tribute to Earth and Humanity. Diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-43, festival digelar di Auditorium Charles Himawan, Gedung A lantai 5, Kampus Presuniv di Jl. Ki Hajar Dewantara, Jababeka Education Park, Cikarang, Bekasi.
Baca Juga: Serunya Yoursay Love Earth Plant Hope: Aksi Nyata Peduli dan Melestarikan Alam
Hadir dalam festival tersebut Wakil Rektor Presuniv Bidang Sumber Daya Prof. Dr. Retnowati, S.Th., M.Si., Direktur CEDRS Dr. Yunita Ismail Masjud, Manager Human Resource General Affairs Nippon Steel Dr. Yayan Heryana, MM, MH, dan Dra. Jo Kumala Dewi, Direktur Kemitraan Lingkungan, Ditjen Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Festival juga menggelar seminar yang menghadirkan tiga pembicara. Salah satu pembicara, Dr. Rijal Hakiki, STT, MT, dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Presuniv, membahas topik Membangun SDM Unggul: Membumikan Kesadaran dan Kepedulian terhadap Bumi dan Kemanusiaan.
Dua pembicara lainnya adalah Bambang Sudiarto, pemerhati lingkungan hidup dari Universitas Padjajaran, Bandung, membahas topik Sampah Bukan Limbah: Peluang dan Tantangan, serta Henri Parulian Saragih, Head of EHS & CSR PT Mane Indonesia yang memaparkan materi Pengelolaan Limbah Organik Industri.
Menurut Rijal Hakiki, kondisi Bumi akan sangat tergantung pada perilaku manusia.
“Sudah menjadi fitrah manusia bahwa mereka diciptakan untuk menjadi pemimpin di muka bumi. Meski begitu kurangnya kesadaran terhadap hal ini, termasuk pada memprioritaskan aspek lingkungan dalam kehidupannya, dapat membuat manusia, yang seharusnya berperan sebagai pemimpin di muka Bumi, malah berubah menjadi perusak alam,” tegasnya.
Baca Juga: Pasca Gempa Garut, BNPB Catat 110 Rumah Warga Rusak
Maka, menurut Rijal, kesadaran manusia akan fitrahnya sebagai pemimpin menjadi sangat penting.
“Meski begitu kesadaran ini juga harus diimbangi dengan upaya manusia untuk meningkatkan wawasan dan keterampilannya dalam menjaga dan merawat Bumi,” katanya.
Untuk tahun 2024, Hari Bumi mengusung tema Planet vs Plastik. Dalam sambutannya, Jo Kumala Dewi mengatakan, “Mengapa planet dan plastik harus dipertentangkan? Ini karena kita sudah menggunakan plastik secara berlebihan, sehingga memicu terjadinya masalah lingkungan.”
Maka, melalui tema Planet vs Plastic, Jo berharap ada upaya bersama untuk mengurangi penggunaan plastik yang ditargetkan mencapai sebesar 60% hingga tahun 2040.
Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) yang dikelola KLHK, sampai dengan tahun 2023, komposisi sampah plastik di Indonesia sudah mencapai 18,3% dari 17,4 juta ton timbulan sampah per tahun.
“Lalu, bagaimana mengatasinya? Jika kita berhenti menggunakan plastik, pasti akan memicu kontroversi. Tapi, kalau kita diam saja juga salah,” ucap Jo.
Menurut Jo, mungkin saat ini kita belum bisa sepenuhnya “memusuhi” plastik.
Katanya, “Dibutuhkan strategi dan kolaborasi untuk mengatasi masalah plastik. Kita harus melakukan edukasi kepada semua orang, berbagi informasi dan pengetahuan, serta meningkatkan kesadaran bahwa penggunaan plastik secara tidak bertanggung jawab akan berdampak negatif terhadap Bumi.” Jadi, lanjut Jo, dibutuhkan perubahan perilaku dalam menggunakan plastik, terutama plastik sekali pakai, dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara, Yayan Heryana mengungkapkan bahwa sebanyak 40% dari mamalia laut, dan 40% makhluk hidup lainnya, sudah tercemar oleh limbah plastik.
“Mungkin makanan dan minuman kita juga sudah tercemar oleh plastik,” ungkap Yayan. Jadi, ajak Yayan, mari kita bijak dalam menggunakan plastik. “Sebagian dari kita mungkin ada yang berpendapat bahwa usia Bumi masih panjang. Hanya bisakah kita memastikan bahwa anak cucu kita dapat menikmati Bumi sebagaimana sekarang ini?,” tanya dia.
Pembicara lainnya, Henri Saragih, menjelaskan tentang konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Mane Indonesia dan implementasinya.
“Mane berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim melalui sejumlah inisiatif. Di antaranya, penerapan protokol penanganan gas rumah kaca, inisiatif menggunakan renewable carbon hingga net zero commitment,” papar Henri.
Untuk mewujudkan target tersebut, ungkap dia, Mane melakukan sejumlah. Di antaranya, menjual produk rendah karbon dan rendah konsumsi airnya, melibatkan para pemasok dalam program CSR, termasuk mengintegrasikan CSR dalam proses bisnis.
Menyangkut penggunaan plastik, Mane mengusung konsep Daur, Baur, Tabur.
“Kami melakukan inovasi teknologi dan bahan baku dalam membangun untuk ikut dunia yang bebas plastik,” kata Henri.
Melalui konsep tersebut, Mane mengolah sampah-sampah, seperti seragam karyawan, pakaian bekas, termasuk memberdayakan para difabeluntuk mengolahnya menjadi totte bag. Langkah lainnya adalah dengan mengembangkan kompos untuk memulihkan kondisi tanah.
Pembicara Bambang Sudiarto menjelaskan tentang pemanfaatan dan pengolahan limbah organik dengan bioteknologi.
“Limbah ini ada di mana-mana dan pasokannya berlimpah. Ada limbah rumah tangga, limbah pasar, rumah makan atau restoran, limbah dari pertanian atau peternakan, limbah rumah sakit, limbah perkantoran dan beberapa lainnya,” papar Bambang.
Semua limbah tersebut, ungkap dia, dapat diolah dan didaur ulang dengan menggunakan bioteknologi.
“Misalnya, menjadi pakan cacing tanah, pupuk organik padat dan cair, makanan tambahan untuk hewan ternak dan ikan, atau bahkan menjadi sumber bahan bakar gas metan,” urainya.