Suara.com - Dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (26/4/2024), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa tensi geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Palestina berpotensi menimbulkan dampak disrupsi lebih jauh terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Dikutip dari kantor berita Antara, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa salah satu dampak adalah harga minyak mentah.
Minyak mentah Brent tercatat sudah mencapai 88 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, atau meningkat 14,3 persen secara year-to-date (ytd).
Senada adalah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan harga 17,5 persen (ytd) menjadi 84,2 persen.
Baca Juga: 4 Maskapai AirAsia Bernaung Satu Payung, Tony Fernandes Beri Kesempatan Besar Bagi Pemegang Saham
Di samping itu, situasi juga diperparah dengan sinyal bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang menunjukkan masih mempertahankan suku bunga tinggi. Hal itu menandakan berlanjutnya trend higher for longer.
Hal ini disebabkan karena kondisi perekonomian Negeri Uncle Sam belum kembali kondusif seperti yang diharapkan.
"Jerome Powell (Ketua The Fed) menyampaikan kondisi perekonomian Amerika Serikat masih sangat robust dan tumbuh, dan inflasi belum menurun secara signifikan di level yang diharapkan. Ini yang menyebabkan Federal Reserve menunda penurunan suku bunga," ungkap Menteri Keuangan.
Situasi ini disebutnya semakin mencerminkan bahwa The Fed akan menunda pemangkasan suku bunga yang banyak diprediksi ekonom, bahkan di luar ekspektasi mereka.
"Market tadinya memiliki harapan, penurunan suku bunga bisa terjadi 2024 secara bertahap. Namun, dengan data terbaru, nampaknya harapan market tidak terpenuhi, karena Federal System tetap akan menjaga kebijakan suku bunganya. Mungkin, penurunan baru akan terlihat apabila Amerika Serikat sudah dalam kondisi yang meyakinkan," ungkap Sr Mulyani Indrawati.
Baca Juga: Ekonomi Pascapandemi Hancurkan Miliarder Inggris: Kerajaan Richard Branson Runtuh
"Kita masih harus waspada pada kemungkinan adanya gangguan ekonomi, dan mata rantai pasokan, terutama untuk minyak dan gas. Karena, kondisi di wilayah itu masih sangat dinamis (fluid,)," lanjutnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai peningkatan harga minyak dan gas dapat berimbas memengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga berpotensi meningkatkan inflasi.