Suara.com - Nama Richard Branson, salah satu pebisnis paling sukses Britania Raya semakin menjulang saat ia membuka bisnis unik sekaligus super mahal. Yaitu wisata luar angkasa bersama Virgin Galactic.
Sayangnya, situasi pascapandemi COVID-19 membuat miliarder satu ini mesti mengalami kondisi susut kekayaan.
Seperti dikutip dari salah satu media kenamaan Inggris, The Telegraph, kekayaan Richard Branson telah anjlok lebih dari setengahnya sejak 2021 menjadi 3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 48,524 triliun. Penyebabnya adalah Special Purpose Acquisition Company (SPAC) sebagai kejutan besar menyusul pandemi COVID-19.
SPAC kerap disebut sebagai entitas "cek kosong", digambarkan sebagai uang yang mencari perusahaan swasta dengan diberikan janji untuk berinvestasi. SPAC adalah perusahaan publik yang telah melalui proses IPO atau Initial Public Offering atau penjualan saham perdana kepada masyarakat.
Baca Juga: Industri Teknologi Sponsori Tim Balap F1 Sampai Rp 6 T, Ferrari Gandeng Hewlett-Packard
Pendiri maskapai penerbangan Virgin Group ini memiliki kekayaan senilai hampir 2 miliar dolar AS atau sekira Rp 32,346 triliun yang terikat di pasar saham global setahun lalu. Sebagian besar berasal dari beberapa perusahaan Amerika Serikat, yang menghabiskan banyak uang dan terdaftar melalui perusahaan cek kosong.
Kemerosotan tajam atas saham-saham Amerika Serikat telah menurunkan nilai kolektifnya sebesar 95 persen, dan kini, dengan diumumkannya pengambilalihan Virgin Money UK Plc oleh Nationwide Building Society secara tunai, komponen kekayaan Richard Branson yang diperdagangkan secara publik akan segera lenyap.
Secara keseluruhan, merosotnya kepemilikan saham Richard Branson telah mengakibatkan kekayaan bersihnya turun sekitar setengahnya sejak pertengahan 2022 menjadi sekitar 3 miliar dolar AS.
Bloomberg Billionaires Index menggarisbawahi kondisi kekayaan Richard Branson ini sebagai situasi perekonomian pascapandemi dengan kemampuan menghancurkan salah satu sosok terkaya dengan kekayaan hasil usaha sendiri yang terbesar di Britania Raya.
Di luar saham Virgin Money miliknya, yang bernilai sekitar 520 juta dolar AS atau setara Rp 4,043 triliun berdasarkan ketentuan penawaran Nationwide Building Society, total kepemilikannya yang diperdagangkan secara publik kurang dari Rp 1,213 triliun.
Baca Juga: Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 Berakhir, Astra Infra Apresiasi 6,6 Juta Pengguna Kendaraan
"Sulit mempertahankan "Kerajaan Branson" ketika ada yang tidak beres karena COVID-19," demikian analisa Claire Madden, Managing Partner perusahaan ekuitas swasta Connection Capital yang berbasis di London.
Aset saham Branson yang memudar membatasi pilihannya untuk menyuntikkan uang tunai ke dalam kerajaannya yang luas karena sebagian lini bisnisnya masih berjuang untuk pulih dari pandemi COVID-19.
Sehingga lelaki bernama lengkap Sir Richard Charles Nicholas Branson kelahiran 18 Juli 1950 ini mesti memanfaatkan kepemilikannya yang terdaftar untuk menopang bisnis Virgin.
Ia telah menjual lebih dari Rp 16,174 triliun saham Virgin Galactic Holdings Inc., pada 2020 dan 2021. Inilah perusahaan pariwisata luar angkasa miliknya yang bergabung beberapa bulan sebelum wabah COVID-19 dengan perusahaan cek kosong yang didirikan oleh Chamath Palihapitiya.
Penjualan ini turut membantu membiayai paket penyelamatan senilai Rp 21 triliun untuk maskapai penerbangan Virgin Atlantic. Sebuah bisnis andalan di antara lebih dari 30 perusahaan di Kerajaan Branson yang dikuasai erat.
Harapannya semoga situasi membaik dan maskapai penerbangan andalannya bisa memukul balik situasi di mana angka kekayaan Sir Richard Branson menyusut.