Suara.com - Saat Opening Paviliun Indonesia di Hannover Messe 2024 Jerman yang diresmikan Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita, telah dilaksanakan sederet penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU). Antara lain investasi di sektor daur ulang limbah bagi kawasan industri di Kepulauan Riau. Nilai investasi ini tembus lebih dari Rp 5 triliun.
Dikutip kantor berita Antara dari rilis resmi, selain itu juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Energy Academy Indonesia (ECADIN) dengan TUV Nord, PT Stechoq Robotika dengan Beckhoff bagi pengembangan learning system dan medical grade ventilator. Kemudian antara PT Stechoq Robotika Indonesia dengan Noyatech dalam pengembangan produk pembelajaran, monitoring production, dan ATMI IGI Center dengan Solinatra BV.
Kemudian, dalam forum Forging Smart and Sustainable Industry yang termasuk dalam rangkaian Hannover Messe 2024 di Jerman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Kamis (25/4/2024) menyatakan bahwa dalam forum itu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong transformasi ekonomi linier agar menjadi ekonomi sirkular dalam sektor manufaktur.
Hal itu penting guna menjaga kesinambungan sumber daya, regenerasi sumber bahan baku, dan menggali potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah pemanfaatan sisa konsumsi bahan baku industri agar tidak merusak lingkungan.
"Ketika orang lain melihat residu sebagai gangguan atau tantangan, kami melihatnya sebagai peluang. Oleh karena itu, salah satu fokus kami adalah mengurangi kesenjangan antara kapasitas industri daur ulang dan sampah plastik daur ulang," jelas Menteri Perindustrian.
Menurutnya, forum bisnis Forging Smart and Sustainable Industry yang berlangsung 22 - 26 April 2024 itu adalah hasil kolaborasi antara Kemenperin dan ECADIN yang dihadiri berbagai pemangku kepentingan industri, pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum.
Sektor industri menjadi salah satu kontributor besar penghasil emisi karbon. Oleh karena itu, kebijakan transisi energi Indonesia dalam mengurangi emisi di sektor ini harus dilaksanakan dengan mengutamakan sumber energi dan teknologi yang rendah karbon.
Desti Alkano, CEO and Founder ECADIN menyatakan bahwa misi dari kolaborasi dengan Kemenperin ini adalah menciptakan masa depan lebih hijau dengan mempercepat transisi energi di Indonesia.
ECADIN juga mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang dilakukan melalui advokasi yang menghubungkan keahlian, pengetahuan, aktivitas bisnis, sampai sarana pendanaan.
Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk mendorong transisi menuju pembangunan industri berkelanjutan. Dalam hal ini, pemerintah harus berperan menciptakan lingkungan kebijakan yang kondusif, memberikan insentif untuk investasi berkelanjutan, dan memfasilitasi inisiatif berbagi pengetahuan dan peningkatan kapasitas.
Baca Juga: Obituari Mooryati Soedibyo: Pebisnis Mustika Ratu yang Masuk Daftar Perempuan Indonesia Berpengaruh