Ternyata Bukan Iran-Israel, Bankir Bilang Rupiah Loyo Imbas Hal Ini

Achmad Fauzi Suara.Com
Selasa, 23 April 2024 | 08:42 WIB
Ternyata Bukan Iran-Israel, Bankir Bilang Rupiah Loyo Imbas Hal Ini
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan 90 persen barang yang dijual di e-commerce Indonesia merupakan produk impor. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah meloyo terhadap dolar AS dalam dua pekan ini hingga menyentuh level Rp 16.350 per dolar AS. Banyak faktor yang membuat laju rupiah tak berdaya, seperti dibilang para analis salah satunya konflik antara Iran dengan Israel.

Namun demikian, bankir melihat pelemahan rupiah ini bukan imbas dari memanasnya konflik di Timur Tengah. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja menyebut, anjloknya kurs rupiah justru imbas dari faktor musiman, misalnya meningkatnya kebutuhan sektor riil.

Dia menjelaskan, para pengusaha jor-joran membeli bahan baku untuk memenuhi kebutuhan di ramadan dan Idul Fitri.

"Sehingga, kebutuhan impor juga meningkat," ujar Jahja saat konferens persi kinerja BCA Kuartal I-2024 secara virtual, yang dikutip Selasa (23/4/2024).

Baca Juga: Dolar AS Naik, Sri Mulyani Sebut Masih Ada Untungnya

Petugas menunjukan uang dollar AS di Money Changer, Jakarta, Rabu (17/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Petugas menunjukan uang dollar AS di Money Changer, Jakarta, Rabu (17/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Kemudian, sambung dia, banyak investor luar negeri yang ramai-ramai menarik dananya yang berada di saham dan obligasi. Selanjutnya, Jahja mengatakan, ada jadwal pembagian dividen di kuartal I tahun 2024 yang memang dibayarkan ke investor asing.

"Nah ini ada masalah supply dan demand," bilang dia.

Jahja juga melihat, belum ada respon seperti intevensi dari Bank Indonesia atas pelemahan rupiah ini. Akan tetapi, hal ini dianggapnya wajar, karena memang faktor pelemahannya imbas dari banyak kebutuhan dolar AS.

Kendati demikian, Jahja tetap berharap BI bisa menstabilkan rupiah hingga di bawah Rp 16.000, jika memang kebutuhan akan dolar AS mulai menurun.

"Memang kalau lagi ada kebutuhan riil yang meningkat tidak boleh diintervensi. Saya pikir itu akan seperti membuang garam ke laut," pungkas dia.

Baca Juga: BI Pernah Terbitkan Uang Koin Rupiah Emas, Simak Berbagai Serinya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI