Suara.com - Strategi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) untuk melanjutkan ekspansi bisnis ekosistem menara secara organik dan inorganik, monetisasi aset serta pengelolaan biaya secara lebih efisien, membuahkan hasil positif. Hal ini tercermin pada pencapaian kinerja Perseroan sepanjang kuartal I-2024.
Mitratel membukukan pendapatan Rp2,20 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2024, tumbuh 7,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,05 triliun (Year on year/Yoy). Bisnis sewa menara menyumbang Rp1,83 triliun, meningkat 5,4%.
Sementara revenue dari bisnis fiber mencapai Rp85,22 miliar, melonjak 148,8% pada periode waktu yang sama.
Pertumbuhan di sisi pendapatan berhasil diimbangi dengan pengelolaan biaya secara lebih efisien. Alhasil, perseroan mampu membukukan EBITDA senilai Rp1,84 triliun, melonjak 9,9%. EBITDA Margin ikut meningkat 2,3% menjadi 83,5%.
Baca Juga: Mitratel Bukukan Laba Bersih Rp 2,01 Triliun di 2023
Berbagai pencapaian ini menghasilkan laba bersih senilai Rp520,99 miliar, tumbuh 4% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp501,03 miliar.
“Kombinasi antara pertumbuhan pendapatan, optimalisasi aset dan pengelolaan biaya membuat EBITDA Margin dan laba bersih kami semakin baik. Strategi ini akan terus kami lanjutkan,” kata Theodorus Ardi Hartoko (Teddy), Direktur Utama Mitratel ditulis Senin (22/4/2024).
Prospek fiber optik
Kontribusi pendapatan dari bisnis fiber optik hingga saat ini, membuat perseroan meyakini lini usaha ini bakal memiliki prospek yang sangat menjanjikan dan berpeluang menjadi mesin pertumbuhan baru di masa depan, dimana Mitratel menjadi mitra pilihan para operator seluler untuk pembangunan Fiber To The Tower (FTTT).
“Bisnis serat optik akan terus kami kembangkan untuk memenuhi kebutuhan operator seluler akan jaringan berlatensi rendah seiring dengan perkembangan teknologi 5G. Kami juga memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi mitra strategis mereka, baik dalam menjalankan agenda konsolidasi ataupun ekspansi ke sumber pertumbuhan ekonomi baru,” kata Teddy.
Baca Juga: e-Meterai & e-Sign Digital Semakin Terjangkau Melalui Kolaborasi Finnet dan Mitratel
Mitratel mulai menggarap bisnis serat optik ini pada 2022 dan sejak itu terus menambah jangkauan baik secara organik maupun inorganik. Hingga akhir Maret 2024, panjang fiber optik perseroan mencapai 36.257 kilometer. Jika dihitung dari akhir Desember 2023 saja atau year to date (ytd), Mitratel berhasil menambah panjang fiber optik hingga 3,736 kilometer, tumbuh 11,5%.
Selain fokus mengembangkan fiber optik, Mitratel juga tetap mempertahankan posisinya sebagai pemilik menara terbanyak di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Perseroan memiliki 38.135 menara per akhir Maret 2024, bertambah 0,3% dari posisi akhir Desember 2023. Sebanyak 41,5% menara berada di Jawa, sedangkan 58,5% sisanya tersebar di Sumatera, Bali & Nusra, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.
“Lokasi aset yang banyak tersebar di luar Jawa memberikan keuntungan strategis bagi Mitratel. Kami melihat ekspansi operator Telko ke luar Jawa dan rural area bakal terus berlanjut, sejalan dengan agenda pemerintah dalam pemerataan infrastruktur dan peningkatan kualitas jaringan internet di tanah air. Bagi kami, ini merupakan peluang sekaligus panggilan untuk ikut berperan lebih besar dalam memajukan industri dan membantu masyarakat mendapatkan akses internet berkualitas tinggi,” kata Teddy.
Seiring pertumbuhan aset menara dan fiber optik, Mitratel mencatatkan kenaikan jumlah penyewa (tenant) dari 57.409 pada akhir Desember 2023 menjadi 57.808 pada akhir Maret 2024, atau bertambah 399 tenant dalam satu kuartal. Sedangkan kolokasi meningkat 1,4% dari 19.395 menjadi 19.673 pada kurun waktu yang sama. Hal ini membuat tenancy ratio naik menjadi 1,52x.
Pertumbuhan bisnis Mitratel selama beberapa tahun terakhir dan kontribusinya dalam memajukan industri telekomunikasi di tanah air mendapatkan pengakuan dari publik internasional.
Pada pergelaran Asian Telecom Awards 2024 di Singapura, Februari silam, Mitratel meraih penghargaan sebagai Wholesale Company Initiative of The Year.
Perseroan dinilai berhasil melakukan transformasi dari Traditional TowerCo menjadi InfraCo dan sukses memantapkan posisinya sebagai raja Tower Provider di Asia Tenggara.
“Penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk berbuat lebih baik lagi dalam membangun infrastruktur dan memajukan industri telekomunikasi,” tutup Teddy.