Geopolitik Dunia Bergejolak, Menperin Soroti Risiko Kenaikan Harga Energi

Kamis, 18 April 2024 | 12:18 WIB
Geopolitik Dunia Bergejolak, Menperin Soroti Risiko Kenaikan Harga Energi
Pengiriman bahan baku industri kimia lewat industri kelautan. Sebagai ilustrasi [Pexels/Martin Damboldt]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kekinian, situasi geopolitik Timur Tengah sedang bergejolak. Selat Hormuz yang menjadi satu-satunya jalur laut pendukung kebutuhan perekonomian dunia turut masuk ke dalam situasi genting. Negara-negara yang memiliki kepentingan transportasi logistik pun memikirkan langkah alternatif pun gagasan baru.

Dikutip dari kantor berita Antara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan insentif impor bahan baku industri yang berasal dari Timur Tengah.

Tujuannya untuk mengamankan sektor industri dari situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak.

Insentif ini terutama diberikan kpeada industri produsen kimia hulu yang mengimpor sebagian besar naphtha, dan bahan baku kimia lainnya dari kawasan Timur Tengah. Untuk digunakan dalam industri kimia.

Baca Juga: Geopolitik Dunia Ancam Stabilitas Ekonomi, BRI Siapkan Strategi Ekspansi Kredit

Ia menilai ada tiga hal yang terdampak dari situasi geopolitik dunia saat ini, yaitu:

  • peningkatan harga energi
  • peningkatan biaya logistik
  • penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat.

Hal ini adalah konsekuensi yang menjadi bagian dari perekonomian dan rantai pasok (supply chain) dunia.

"Saat ini, Kemenperin berupaya memetakan solusi-solusi untuk mengamankan sektor industri dari dampak konflik yang tengah terjadi," jelas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Ia menyampaikan relaksasi impor bahan baku tertentu dibutuhkan guna memberikan kemudahan memperoleh bahan baku. Pasalnya negara lain berlomba mendapatkan pemasok alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industrinya.

Selain memberikan insentif impor bahan baku, Kemenperin juga mempercepat langkah-langkah pendalaman, penguatan, maupun penyebaran struktur industri.

Baca Juga: Hadiri Acara IMF di Washington D.C, Menkeu Sri Mulyani Bicarakan Peran Geopolitik dalam Ekonomi Global

Tujuannya meningkatkan program substitusi impor yang perlu didukung dengan memperketat ketentuan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), guna mengantisipasi pengalihan perdagangan (excess trade diversion) dari negara lain ke Indonesia.

Selain itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan sekarang adalah momen yang tepat bagi sektor industri untuk mendapatkan kepastian keberlanjutan implementasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).

Menteri Perindustrian menilai adanya risiko peningkatan harga energi bisa mempengaruhi turunnya produktivitas dan daya saing subsektor industri.

Oleh karena itu, kebijakan HGBT sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing produksi.

Kemudian, Agus Gumiwang Kartasasmita juga menyatakan adanya usulan peningkatan penggunaan mata uang lokal (local currency transaction) untuk transaksi bilateral yang dilakukan oleh pelaku usaha di Indonesia dan negara mitra. Tujuannya mengurangi ketergantungan mata uang asing.

"Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap hard currencies, terutama USD (dolar Amerika Serikat), mengingat skala ekonomi dan volume perdagangan antarnegara Asia terus meningkat, juga untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah," tandas Menteri Perindustrian.

Akan tetapi, ia juga meyakinkan bahwa kondisi sektor industri Indonesia di tengah gejolak geopolitik dunia saat ini masih tenang dan terkontrol.

"Pelaku usaha tidak perlu mengkhawatirkan kondisi ini. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan Pemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri," tutur Agus Gumiwang Kartasasmita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI