'Turbulensi' Keuangan Garuda Indonesia Perlahan Berkurang

Jum'at, 05 April 2024 | 13:58 WIB
'Turbulensi' Keuangan Garuda Indonesia Perlahan Berkurang
Ilustrasi. Makin membaiknya kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menjadi angin segar bagi emiten penerbangan plat merah itu.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Makin membaiknya kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menjadi angin segar bagi emiten penerbangan plat merah itu. Perlahan 'turbulensi' keuangan Garuda Indonesia berkurang.

Analis Sinar Mas Sekuritas, Isfhan Helmy mengatakan, Garuda Indonesia telah berhasil menambah efisiensi yang tercermin pada penurunan biaya non bahan bakar. Di sisi lain, Garuda Indonesia juga berhasil menekan biaya G&A hingga 25% selama 2023 menjadi US$177 juta, sementara biaya pemeliharaan juga turun sedikit sebesar 5% menjadi US$387 juta pada tahun 2023.

Adapun, penurunan terbesar dalam G&A adalah biaya layanan profesional yang turun 86% menjadi US$15 juta pada tahun 2023.

EBITDA melampaui ekspektasi kami pada run-rate 105%, yaitu sebesar US$310 juta, dibandingkan ekspektasi kami sebesar US$295 juta. Meskipun total pendapatan sedikit lebih rendah dari ekspektasi kami yaitu sebesar 98% atau sebesar US$2,9 miliar, penghematan besar terjadi pada biaya non-bahan bakar yang turun sebesar 5% YoY dan hanya mencapai 93% dari ekspektasi kami,” kata Isfhan dalam analisnya dikutip Jumat (5/4/2024).

Di sisi lain, skema sewa pesawat yang dijalankan pasca pandemi juga menguntungkan karena pembiayaan pesawat dihitung berdasarkan jam terbang. “Hal ini tentu sangat menguntungkan Garuda Indonesia, karena EBIT FY23-nya sebesar US$310 juta, lima kali lipat dibandingkan EBIT tahun 2019 yang hanya sebesar US$63 juta. Hal ini dicapai secara luar biasa dengan hanya separuh dari jumlah armada sebelum pandemi,” ungkapnya.

Isfhan menambahkan, peningkatan angka keuangan Garuda Indonesia tahun ini akan membawa katalis baru. “Dengan kelipatan EV/EBITDAR saat ini sebesar 1,3x. Angka ini jauh di bawah maskapai sejenis di kawasan dengan layanan lengkap seperti Singapore Airlines yang saat ini beroperasi mendekati 2,5x EV/EBITDAR,” pungkasnya.

Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, Garuda Indonesia sudah on the track meraih profitabilitas. Pada 2024, keuntungan Garuda diprediksi US$ 580 juta tahun ini.

“Pendapatan diperkirakan ikut naik hingga 40% menjadi US$ 4,2 miliar dari. Kami merekomendasikan pemodal untuk untuk wait and see saham Garuda," ujarnya.

Di sisi lain, dia menegaskan, momentum lebaran diharapkan mampu meningkatkan pendapatan Garuda. Hal ini juga dimanfaatkan perseroan dengan menyiapkan kursi tambahan dan juga diskon selama libur lebaran.

Baca Juga: Tunggu Jokowi, Sri Mulyani Ajak Para Menteri Selfie : Menyala Abangkuh

"Perseroan juga mencatakan perbaikan operasional bisa membantu menghasilkan keuntungan, meski dinilai tidak signifikan," ungkap Vicky.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI