Pengiriman Parsel Lebaran Perlu Unduh Aplikasi? Waspadai Penipuan Digital

Selasa, 02 April 2024 | 14:59 WIB
Pengiriman Parsel Lebaran Perlu Unduh Aplikasi? Waspadai Penipuan Digital
Hampers atau paket bingkisan Lebaran. Sebagai ilustrasi [Freepik/freepik].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Serunya berbagi di bulan Ramadan, selain melaksanakan ibadah antara lain dengan melakukan zakat, kegiatan lainnya adalah mengirim dan menerima parsel Hari Raya Idul Fitri 1447 Hijriah.

Bagi pihak pemberi, keseruan dimulai saat membeli produk yang akan dijadikan isian hampers atau parsel bingkisan Lebaran. Kemudian dikirim, bisa sendiri mau pun dikirim via jasa layanan pengiriman.

Perlu diwaspadai adalah sederet tawaran menggiurkan namun ilegal. Antara lain paket dengan harga terlalu miring, transfer dana pinjol untuk pembelian parsel sampai keharusan mengunduh dokumen atau aplikasi untuk menerima parsel Lebaran.

Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK menyatakan, “Masifnya aduan masyarakat mengenai transaksi keuangan digital adalah terkait keamanan data dan privasi data konsumen yang disalahgunakan. Agar terhindar dari hal ini, perlu penguatan sistem keamanan data oleh seluruh penyelenggara jasa keuangan. Selain itu, dalam pemerataan literasi keuangan dan literasi digital menjadi penting, agar masyarakat terhindar dari ancaman kejahatan siber.”

Baca Juga: Mudik Lebaran 2024 Astra Infra Berlakukan Diskon Tarif Tol, Catat Tanggalnya

Tantangan yang semakin beragam dalam dunia digitalisasi sektor keuangan, literasi keuangan dan literasi digital mendorong pihak perbankan mesti menciptakan kunci bagi keamanan bertransaksi digital.

Berkembangnya digitalisasi sektor keuangan, telah memberikan kemudahan dan manfaat bagi masyarakat. Namun, berdasarkan data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2022 disebutkan tingkat literasi keuangan masyarakat hanya 49,6 persen, lebih rendah dari tingkat inklusi keuangan yang mencapai 85 persen. Demikian pula rendahnya literasi digital yang baru mencapai 41,48 persen.

"Untuk itu diharapkan bahwa kegiatan literasi keuangan digital mampu meningkatkan literasi keuangan dan digital, sehingga masyarakat dapat lebih cerdas, waspada dalam transaksi digital," tandas Friderica Widyasari Dewi.

"Diharapkan semua anggota masyarakat berhati-hati dan waspada atas beragam modus penipuan, seperti transfer dana pinjol, penawaran paket diskon dengan harga yang tidak wajar dan pesan tentang pengiriman parsel yang meminta membuka atau mengunduh dokumen atau aplikasi, agar masyarakat terhindar dari ancaman kejahatan siber," pungkasnya.

Baca Juga: Astra Group Siapkan 299 Bengkel Siaga dan 805 Teknisi Sepanjang Jalur Mudik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI