Aksi Asing Borong Saham Rp 28 Triliun Sebelum dan Sesudah Pemilu

Selasa, 02 April 2024 | 14:37 WIB
Aksi Asing Borong Saham Rp 28 Triliun Sebelum dan Sesudah Pemilu
Sejumlah karyawan saat penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hajatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang telah berlangsung beberapa waktu lalu cukup menjadi daya dorong investor asing untuk memborong sejumlah saham di Tanah Air.

Dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat net buy asing mencapai Rp28,28 triliun sepanjang tahun ini atau year to date.

Hal ini juga sejalan dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,22% secara year to date ke 7.288.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan data ini menjadi angin segar bagi kondisi pasar modal Indonesia pasca Pemilu.

Baca Juga: Kebijakan Terbaru The Fed Bisa Picu Stabilitas Ekonomi Indonesia ke Depan

"Nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 11.692 triliun atau naik 0,15% year to date, serta membukukan net buy sebesar Rp 28,28 triliun year to date," kata Inarno dalam konferensi pers, Selasa (2/4/2024).

Dilihat dari likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham juga tercatat naik menjadi Rp 10,98 triliun year to date.

Namun, dari sisi aset kelolaan (AUM investasi) per 27 Maret 2024 tercatat Rp 818,17 triliun atau turun 0,8% year to date dan NAB reksadana tercatat Rp 488,73 atau turun 2,54% year to date.

Sementara itu penghimpunan dana di pasar modal sepanjang tahun ini melaui penawaran umum telah mencapai Rp48 triliun dengan 15 perusahaan yang sudah resmi IPO.

Disisi lain sebanyak 123 perusahaan juga sudah berada di pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 59,68 triliun.

Baca Juga: Perusahaan China Borong Saham Anak Usaha BMHS

"Pasar saham domestik sampai 28 Maret 2024 melanjutkan tren penguatan," ucap Inarno.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI